Lihat ke Halaman Asli

Evaluasi Sistem Zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Indonesia.

Diperbarui: 20 Desember 2024   15:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

          Sistem zonasi dalam Penerimaan Evaluasi Sistem Zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Indonesia Peserta Didik Baru (PPDB) mulai diterapkan secara nasional pada tahun 2017. Kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan pemerataan akses pendidikan,mengurangi disparitas antarsekolah, dan meminimalkan praktik diskriminasi dalam penerimaan siswa (Permendikbud No. 51 Tahun 2018). Meskipun memiliki tujuan mulia, penerapannya di lapangan menghadapi berbagai tantangan. Artikel ini membahas evaluasi sistem zonasi dengan menyoroti dampak positif, kendala, dan rekomendasi untuk perbaikan di masa depan.

Dampak Positif Sistem Zonasi

          Salah satu dampak positif sistem zonasi adalah meningkatkan akses pendidikan untuk siswa dari kalangan ekonomi lemah. Sebelum kebijakan ini diberlakukan, sekolah-sekolah unggulan didominasi oleh siswa dari keluarga mampu yang memiliki akses bimbingan belajar tambahan atau fasilitas pendukung lainnya . Zonasi memungkinkan siswa untuk diterima berdasarkan kedekatan geografis, sehingga meminimalkan tekanan kompetisi akademik.

          Selain itu, sistem ini mendorong sekolah untuk meningkatkan kualitas secara merata. Kepala sekolah dan tenaga pendidik di sekolah yang sebelumnya kurang diminati kini lebih termotivasi untuk meningkatkan mutu pengajaran dan fasilitas demi memenuhi ekspektasi masyarakat sekitar.

Kendala dalam Pelaksanaan

          Meskipun demikian, sistem zonasi tidak lepas dari kritik. Salah satu kendala utama adalah kurangnya pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia. Berdasarkan data PISA 2018, skor literasi dan numerasi siswa Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara . Ketimpangan ini menyebabkan ketidakpuasan orang tua terhadap kebijakan yang dianggap memaksa anak mereka bersekolah di institusi yang kurang berkualitas.

          Masalah teknis lain adalah minimnya pemetaan zonasi yang akurat. Dalam beberapa kasus, ada siswa yang terpaksa menempuh perjalanan jauh ke sekolah meskipun jarak rumahnya relatif dekat dengan sekolah lain karena keterbatasan kuota. 

Tantangan dalam Implementasi Sistem Zonasi

Namun, meskipun niatnya baik, penerapan sistem zonasi menghadapi sejumlah tantangan di lapangan:

1.Ketimpangan Kualitas Antar Sekolah

          Realitas di Indonesia menunjukkan adanya kesenjangan kualitas pendidikan antara sekolah satu dengan lainnya. Sekolah-sekolah favorit masih menjadi pilihan utama karena memiliki fasilitas lebih baik dan tenaga pengajar yang lebih kompeten. Sementara itu, sekolah di pinggiran atau daerah kurang berkembang sering kali kekurangan fasilitas dan tenaga pendidik berkualitas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline