Lihat ke Halaman Asli

Mengenal Kesenian Pojhien yang Penuh Makna Filosofis

Diperbarui: 29 Januari 2023   13:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertunjukan Pojhien di desa Karang Sengon, Bondowoso. Dokpri

Bondowoso - Sebagai negara yang kaya akan adat dan budaya, masyarakat Indonesia memiliki beragam cara dalam meminta permohonan dan menunjukkan rasa syukurnya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di Bondowoso Jawa Timur khususnya di Desa Karang Sengon, terdapat kesenian khas Suku Madura yang disebut dengan Pojhien.

Pojhien merupakan tradisi yang memadukan tari-tarian, musik, doa, dan akrobat. Di desa Karang Sengon, kesenian Pojhien umumnya dilakukan di Dusun Blangguan dengan melibatkan para pemain laki-laki yang menggunakan baju pesa'an Madura atau pakaian adat khas Madura.

Dalam pelaksanaannya, para pemain kesenian Pojhien duduk melingkar di tengah tanah lapang sembari disajikan beberapa makanan yang disimbolkan sebagai hasil bumi. Kegiatan kemudian diawali dengan pembacaan doa-doa secara islam dan dilanjutkan dengan lantunan tembang berbahasa Madura yang diiringi gamelan. Ketika tembang dimainkan para pemain akan melakukan aksi akrobatik di atas bambu. Pemain tersebut akan menaiki sebatang bambu dan menari di atasnya. Selanjutnya ketika alunan tembang selesai dinyanyikan, makanan yang telah dikumpulkan diawal kemudian dibagikan kepada masyarakat sekitar.

Pak Lis (12/1/2023), seorang seniman Pojhin desa Karang Sengon menuturkan bahwa kesenian Pojhien berasal kata "Pamojjen" yang berarti pemujaan yang ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah memberikan nikmat dan karunianya. Disamping itu, kesenian Pojhien juga kerap diadakan untuk meminta hujan, perlindungan dari wabah penyakit, serta penolak bala. Pojhien termasuk ke dalam serangkaian kegiatan bersih desa atau yang biasa disebut Ghadisa. 

Ghadisa merupakan wujud penghormatan kepada nenek moyang atau leluhur, yang dapat dilakukan dengan cara mempersembahkan hasil bumi. Masyarakat setempat mempercayai bahwa tujuan dari pelaksanaan Ghadisa sendiri ialah untuk melindungi masyarakat dari bencana.

Selain menyajikan atraksi yang unik. Pojhien juga sarat akan makna dan filosofi. Kesenian Pojhin mengajarkan kita untuk memiliki keberanian, bersungguh sungguh, dan fokus dalam melakukan sesuatu. Masyarakat suku madura di Bondowoso meyakini bahwa nyawa adalah taruhan terbesar untuk melakukan hal tertentu, mereka meyakini bahwa segala perbuatan memiliki resiko masing masing, sehingga Pojhien adalah media bagi masyarakat untuk berterimakasih kepada Tuhan dengan segala upaya maksimal karena sejauh ini Tuhan telah membantu mereka dengan maksimal pula.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline