Lihat ke Halaman Asli

Nurul Wafa

Mahasiswi

Makna dari Kejujuran dalam Menyampaikan Amanah

Diperbarui: 20 September 2021   00:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Penulis : Nurul Wafa

Sebagai seorang muslim, sifat jujur haruslah melekat dalam diri sendiri. Terutama saat kita diamanahkan menjadi murabbi yang menyeru pada kebenaran. Seperti yang diriwayatkan oleh Ummu Kaltsum, Ia berkata, "Saya tak pernah mendengar Rasulullah SAW memberikan keringanan untuk yang berdusta kecuali dalam tiga perkara : Seseorang yang mengatakan sesuatu (namun berdusta) dengan maksud mendamaikan dua orang yang bertikai, seseorang yang mengatakan sesuatu (sebagai sebuah tipuan) dalam medan perang, dan seorang lelaki yang berbicara kepada istrinya atau sebaliknya." (h.r. Muslim)

Amanah memiliki makna yang cukup luas. Dalam agama kita yaitu agama islam, agama ini dapat sampai ke penjuru dunia karena kekuatan amanah. Rasulullah SAW : "Dan turunlah kepada ruh al-Amin (yang amanah, Jibril)".

Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat : "Dan ketika kalian bertanya padaku, kalimat apakah yang akan kalian katakan" Lalu, para sahabat menjawab dengan berkata, "Kami bersaksi bahwa Engkau telah menyampaikan risalah Allah, menunaikan amanah-Nya, dan menasehati umatmu." (h.r. Muslim)

Seseorang tidak boleh menyampaikan suatu hal yang berasal daeri diri sendiri bila hal tersebut dapat mengubah intisari dari amanah yang memang seharusnya disampaikan. Jika seseorang ingin mengemukakan pendapat yang bertentangan dari apa yang seharusnya disampaikan, lebih baik hal itu disampaikan menurut pendapatnya secara terpisah dan jelas. Kita pun harus memahami makna dari pesan/amanah tersebut sebelum disampaikan sehingga kita harus lebih teliti. Selain itu, kita juga mengerti tentang pesan/amanah yang disampaikan itu sesuai atau tidak dengan kemampuan seseorang yang dituju. Atau sebaiknya meminta kepada orang lain untuk membantu dalam melaksanakan amanah tersebut. Kita tentunya harus yakin dengan kebenaran informasi yang akan disampaikan.

Yang paling utama, kita memahami tentang jenis pesan/amanah yang akan disampaikan. Seperti kepada siapa pesan tersebut harus disampaikan dan siapa yang tidak boleh mengetahuinya. Kisah tentang hal ini juga pernah dialami saat perang Ahzab yaitu ketika Rasulullah SAW menyadari saat kaum Yahudi Bani Quraizhah itu mengkhianati perjanjian kesepakatan yang sudah mereka buat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline