Berdasarkan data Administrasi Kependudukan (Adminduk) per Juni 2021, jumlah penduduk Indonesia adalah sebanyak 272.229.372 jiwa, dimana 137.521.557 jiwa adalah laki-laki dan 134.707.815 jiwa adalah perempuan.
Dari jumlah tersebut, jumlah Generasi Z (lahir 1997-2012) sebesar 27,94% atau 74,93 juta jiwa. Artinya, penduduk di generasi Z harusnya hari ini adalah mereka yang berhak mencicipi dunia pendidikan yang baik. Usia produktif untuk mencari ilmu dan membekali diri dengan berbagai keterampilan. Namun sangat disayangkan, dari data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mencatat terdapat 157 ribu siswa SD hingga SMA putus sekolah pada tahun ajaran 2019/ 2020. Siswa yang putus sekolah paling banyak berada di jenjang sekolah dasar (SD) sebanyak 59,4 ribu siswa.
Selanjutnya di tingkat sekolah menengah pertama (SMP) sebanyak 38,5 ribu siswa. Di tingkat sekolah menengah atas (SMA) ada 26,9 ribu siswa dan 32,4 ribu siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) yang berhenti sekolah.
Dan mengutip data BPS pada statistik pendidikan 2018, "Hanya 18,59 persen penduduk usis 19 – 24 tahun di Indonesia yang melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi"
Biaya pendidikan yang cukup tinggi membuat masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah tidak mampu mengikuti berbagai fasilitas pendidikan yang ada.
Lembaga Beasiswa Baznas (LBB) hadir menjadi solusi untuk para tahlibul ‘ilmi yang terkendala dalam masalah financial untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. LBB memberikan beasiswa melalui beberapa program di antaranya, Beasiswa Cendekia BAZNAS dalam negeri, yakni bantuan pendidikan serta pembinaan pengembangan diri bagi mahasiswa S-1 on-going di 101 kampus mitra Beasiswa Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), salah satunya adalah Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Sumber dana yang diperoleh Amil dari para Donatur didistribusikan ke berbagai program beasiswa untuk para mustahik agar mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Para mahasiswa tidak hanya mendapatkan bantuan berupa uang saku atau pembayaran UKT. Namun lebih dari itu, mahasiswa juga mendapat pembinaan setiap bulannya dengan seprang pementor yang ditunjuk dan dipilih langsung oleh pihak baznas maupun kampus. Harapannya, peserta beasiswa bukan hanya cerdas intelektual, namun emosional dan spiritual. Serta diharapkan pasca kampus dapat menjadi teladan, leader dan mampu membuat kehidupan lebih baik, secara materil maupun non materiil.
Beasiswa Cendikia Baznas melakukan beberapa tahap seleksi untuk bisa menemukan para mustahik dari setiap kampusnya melalui seleksi pemberkasan dan wawancara. Adapun hemat penulis, agar teman-teman lulus beasiswa ini dengan memperbanyak prestasi sejak dini. Artinya, teman-teman siap untuk berkompetensi sejak menjajaki kaki di dunia perkuliahan. Beranikan diri mengikuti event apa saja sesuai passion teman-teman. Kemudian aktif lah di minimal satu organisasi baik internal maupun eksternal kampus. Karena dengan begitu akan memicu teman-teman untuk sering berdiskusi dan meluaskan manfaat melalui organisasi. Lalu belajarlah dengan tekun di kampus, usahakan grafik nilai setiap semesternya semakin membaik atau minimal tetap. Barangkali itu bisa menjadi modal awal teman-teman mempersiapkan diri untuk seleksi BCB nanti. Dan yang paling terpenting, mintalah ridho orang tua dan perbanyaklah berdoa. Dengan begitu kita siap menjadi satu dari ribuan penerima manfaat BCB ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H