Lihat ke Halaman Asli

NURUL SAYYIDAH HAPIDOH

Mahasiswa Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Pembangunan Perdamaian bersama Pemuda Lintas Agama

Diperbarui: 12 Desember 2022   15:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Dokumentasi Global Peace Foundation Indonesia, (10/12).

Global Peace Foundation (GPF) Indonesia menyelenggarakan agenda Peace Project di Klenteng Bio Hok Tek Tjeng Sin, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Pemuda lintas iman mempelajari falsafah perdamaian Konghucu melalui dialog dan diskusi terbuka, Sabtu (10/12). 

Melansir dari globalpeace.org, GPF Indonesia melakukan pendekatan berbasis nilai yang inovatif untuk pembangunan perdamaian. Peace Project merupakan agenda rutin yang dilakukan setiap bulan untuk mewujudkan pembangunan perdamaian. 

Liem Liliany Lontoh, Tokoh Agama Konghucu menuturkan bahwa konghucu mengenal konsep San Cai yang menekankan pada tanggungjawab manusia kepada Tuhan (Tian), tanggungjawab kepada sesama manusia, dan kepada bumi sebagai tempat hidup.   

Lebih lanjut, dirinya menjelaskan pentingnya menjaga hubungan antar manusia untuk tetap dekat dan akrab sekalipun memiliki iman yang berbeda. Terdapat ayat dalam Kitab SS XII:5 yang menyebutkan bahwa "Manusia berada di empat penjuru lautan, semuanya saudara. Tanpa memandang perbedaan suku, golongan, agama maupun ras". 

"Pemuda sebagai generasi penerus bangsa harus hidup rukun dan damai, kita mengutamakan sikap tengah (moderasi beragama) agar tercipta baldatun toyyibatun warobbun ghofur," ungkap Liliany saat memberikan sambutan di klenteng, Sabtu (10/12). 

Saat sesi diskusi, salah satu peserta bertanya perihal inti ajaran konghucu dalam kehidupan bermasyarakat. Pertanyaan ini lantas dijawab oleh Liliany, dirinya menjelaskan bahwa Agama Khonghucu mengajarkan lima ajaran tentang hubungan kemanusiaan. 

Lima ajaran ini termaktub dalam Kitab Mengzi III A: 4 :8 yang tertulis "Antara orang tua dan anak ada kasih, antara suami dan istri ada pembagian tugas, antara kakak dan adik ada pengertian tentang kedudukan masing-masing". 

Lima hubungan kemasyarakatan yang disebut dengan Wu Lun mencakup hubungan antara atasan dengan bawahan, hubungan antara orang tua dan orang muda, serta hubungan antara kawan dan sahabat. Liliany menjelaskan secara detail cara pengimplementasian lima ajaran tersebut. 

Setelah berkeliling dan mengamati klenteng dari dekat, rangkaian Peace Project ditutup dengan melakukan yoga bersama-sama. Selain belajar berdamai dengan lingkungan luar, peserta juga belajar berdamai dengan diri sendiri melalui yoga. Dengan alasan inilah rangkaian yang satu ini disebut dengan "Yoga for Peace".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline