Lihat ke Halaman Asli

Nurul Rahmawati

Blogger bukanbocahbiasa.com | IG @bundasidqi | Twitter @nurulrahma

Felix Siauw, Ustaz "Kontroversial" Panutan Keluarga Milenial

Diperbarui: 8 April 2022   05:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya (paling kanan) Bersama Ust Felix Siauw  (dok.Bukanbocahbiasa.com)

Sampai detik ini, saya nggak terlalu paham, kenapa kok Felix Siauw dianggap "kontroversial" (sengajak saya pakai tanda "..." ya gaes) Apa mungkin lantaran beliau terafiliasi dengan jaringan organisasi tertentu, dan sering mendengungkan konsep khilfah? Well, apapun itu, saya tidak menitikberatkan ke hal tersebut. Saya lebih meng-highlight kajian keislaman dan bagaimana Ustadz Felix Siauw mengupas sejarah Islam, dengan cara yang menyenangkan. Yang jelas, gegara menyimak kajian beliau, saya jadi makin paham dan bangga dengan ajaran Islam, serta semangat untuk menerapkan value agama ini dalam kehidupan keseharian.

Beberapa waktu lalu, saya sempat berbincang sejenak dengan beliau, sesaat sebelum Ustadz Felix mengisi acara di Unesa Ketintang Surabaya.

Penulis buku "Udah, Putusin Aja!" ini bercerita seputar bagaimana ia menahkodai keluarganya. Berikut cuplikan perbincangan saya dengan Felix Siauw.

Bagaimana Anda mendeskripsikan profil keluarga Anda?

Ada cita-cita besar yang saya dan istri canangkan tatkala berkeluarga sedari awal. Cita cita itu adalah: Ingin memiliki keluarga yang berintikan dakwah. Artinya, dakwah adalah SEMANGAT yang harus terus ada yang setiap aktivitas keseharian yang ami lakukan. Alhamdulillah, Allah mengamanahi kami banyak anak, insyaAllah anak-anak ini lahir untuk mengemban dakwah juga. Jadi mereka akan menjadi generasi berikutnya yang hadir untuk menyebarkan nilai-nilai/ value Islam.

Saya dan istri berusaha mengenalkan dan membiasakan anak-anak untuk dekat dengan semangat dakwah. Contoh paling sederhana: harus menutup aurat, untuk anak putri dibiasakan pakai jilbab. Kemudian kami juga mengenalkan apa dan bagaimana profesi Bapaknya sebagai pendakwah. Tentu, saya dan istri memperkenalkan dan menceritakan apa saja aktivitas dakwah yang saya lakukan, tentu dengan Bahasa yang mudah dimengerti oleh anak. 

 

Dengan mengusung semangat "berintikan dakwah" di keluarga, hal apa sajakah yang sudah tampak pada anak-anak? 

InsyaAllah, kalau nilai dakwah ini sudah tertanam dalam diri anak, maka dakwah akan menjadi"habbits" buat mereka. Saya sempat kupas dalam buku "Master Your Habits". Jadi, kalau kita mau menelisik, bisa dipastikan, hasil-hasil yang kita dapatkan adalah buah dari kebiasaan kebiasaan yang kita lakukan dalam kehidupan ini. Tentu saja, sebagai kaum beriman, kita ingin bagaimana caranya agar keluarga/ anak-anak keturunan kita bisa mendapatkan habbit / kebiasaan yang baik.

Oleh karena itu, salah satu tuntutan yang mesti ada: ikhtiar kita secara maksimal. Ini yang harus kita upayakan. Kemudian muncul pertanyaan, "Bagaimana cara agar kita bisa membuat sebuah kebiasaan yang baik ini?" Bermula dari apa yang kita pikirkan, maka kemudian kita akan melakukan sesuatu hal secara kontinyu, dan bakal menjadi kebiasaan.

Contoh: jika yang kita pikirkan adalah: aku ingin menjadi orang kaya, maka Tindakan-tindakan kita akan merepresentasikan pikiran kita tersebut.

Kita akan bekerja keras, membangun relasi, melakukan usaha-usaha yang nantinya bisa berujung kebiasaan untuk menjadikan diri orang kaya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline