Terminal Teluk Lamong (TTL) adalah sebuah terminal pelabuhan yang canggih, semi-automatic, ramah lingkungan dan bertaraf Internasional. Sejumlah negara melakukan kunjungan dan belajar pada manajemen TTL yang berlokasi di Osowilangun, Surabaya ini. Mendengar kata "terminal", kebanyakan dari kita langsung mengasosiasikan dengan bisnis yang sangat maskulin alias "laki banget". Aktivitas bongkar muat di pelabuhan memang sebuah pekerjaan yang identik dengan kaum pria.
Tahukah Anda, bahwa top leader di TTL adalah seorang perempuan? Yap, Ibu Dothy, itulah sosok perempuan tangguh yang diamanahi sebagai Direktur Utama Terminal Teluk Lamong. Beberapa waktu lalu, saya sempat bersua dan melakukan exclusive interview dengan beliau. Berikut petikan perbincangan kami.
Bagaimana Ibu Dothy bisa menjadi Direktur Utama Terminal Teluk Lamong, menjadi pemimpin di sebuah korporasi yang mayoritas adalah laki-laki?
Secara pribadi, bergaul dan bekerja dengan laki-laki adalah hal yang sudah biasa bagi saya. Saudara kandung saya banyak yang laki. Saya kuliah di kampus ITB yang mayoritas mahasiswanya juga laki. Sebelum di TTL, saya juga bekerja di Terminal Petikemas, dan banyak berinteraksi dengan laki-laki juga. Jadi saya sudah terbiasa. Tidak menganggap bahwa bekerja bersama laki-laki itu menakutkan, atau membuat cemas.
Karena itulah, saya akhirnya mempunyai sikap yang setara ketika bekerja bersama kaum adam. Memilih karyawan baru tidak berdasar perbedaan gender, akan tetapi karena memang kemampuannya sudah mumpuni.
Meski demikian, ada beberapa hal terkait perbedaan fisik perempuan dan laki-laki yang harus kami perhatikan. Misalnya untuk pekerjaan sebagai operator crane manual yang harus naik sampai ketinggian 35-40 meter di atas tanah, tentu kami masih memilih pekerja laki-laki. Karena secara fisik, perempuan bisa mengalami perbedaan metabolisme tubuh yang mempengaruhi konsentrasi, misalnya ketika sedang haid, hamil atau sedang menyusui.
Jadi sebaiknya kita juga bersikap setara ketika harus bekerja dan bekerjasama dengan laki-laki. Tidak perlu minder, juga tidak perlu bersikap jumawa. Percaya diri dan bekerjalah sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Mayoritas Karyawan di TTL berusia muda (generasi millennial). Bagaimana leadership yang Ibu terapkan di sini?
Saya harus melakukan shifting atau penyesuaian gaya kepemimpinan dengan karakter anak-anak muda yang bekerja di Terminal Teluk Lamong. Seperti halnya ciri khas generasi millenials yang harus connected to social media, innovative, fast moving and open mind, maka sayapun berusaha mengikuti ritme kehidupan sosial mereka. Gaya bekerja yang luwes, serius tapi santai dan pastinya digitalize.
Yang jelas, perusahaan ini saya bawa ke arah spiritual. Bagaimanapun juga, sebagai orang beriman, dalam menghadapi setiap permasalahan hidup, baik susah maupun senang, harus selalu dibawa ke Allah. Kita memang tidak bisa memuaskan atau menyenangkan semua orang. Tapi selama kita niatkan sebagai sarana beribadah dan mengabdi pada Allah, maka hasilnya akan berkah.
Ada kajian keislaman yang rutin kami gelar setiap kamis di kantor. Lalu setiap Jumat pagi, kami juga membaca surat al-Kahfi bareng. Kami berusaha memberikan contoh untuk sama-sama bergerak dengan ranah spiritual. Setiap pekan, walaupun hanya 20 menit, apabila kita lakukan secara konsisten, insyaAllah hasilnya jauh lebih baik.