Lihat ke Halaman Asli

Ilmu Ekonomi Islam dan Rasionel Suatu Disiplin Baru

Diperbarui: 27 Februari 2018   16:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pesatnya kemajuan teknologi masa kini telah menjadikan dunia menyerupai sebuah desa kecil. Kendatipun kepesatan teknologi telah mampu mereduksi secara dramatis jarak antara berbagai belahan dunia, akan tetapi irionis sekali bahwa jurang pemisah hubungan antar manusia justru kian melebar. 

Dan kendatipun, di satu pihak, terdapat kemajuan dalam memberikan apresiasi terhadap perbedaan-perbedaan budaya, peradaban, tradisi dan gaya hidup kita tetap saja disuguhi berita-berita tentang pelanggaran HAM di mana-mana; tidak saja di negara-negara berkembang melainkan juga di negara-negara maju. 

Barangkali  inilah salah satu penyebab utama situasi umum di mana fenomena konflik merupakan ciri menonjol yang dominan dalam hubungan antar masyarakat manusia dewasa ini baik itu lokal, regional maupun internasional.

Kini banyak kemajuan yang menyiratkan bahwa hakikat hubungan ini telah mulai berubah. Secara ekonomi kita tengah bergerak menuju suatu kooperasi dan saling ketergantungan. 

Globalisasi yang kini tengah membentuk dirinya menunjukkan pola di atas. Dalam konteks skenario ekonomi masa kini yang ditandai oleh persaingan, efisiensi, pragmatisme dan keterbukaan adalah sangat tepat jika kita melihat suatu kemungkinan baru yang mencoba mengajukan suatu alternatif dalam disiplin keilmuan sosial dan suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam yang berbeda dari sistem ekonomi konvensional. 

Ilmu ekonomi Islam (Islamic Economics), barangkali itulah namanya, menjadi pembicaraan yang hangat di kalangan para ilmuwan sosial baik muslim maupun non-muslim. Ilmu Ekonomi Islam ini diyakini merupakan obat mujarab untuk menyembuhkan berbagai macam simptom penyakit ekonomi yang diderita oleh umat manusia sejagat.

Teori Ekonomi Masa Kini

Apabila kita renungkan secara mendalam tentang situasi ekonomi kontemporer, maka kita akan berkesimpulan bahwa ada satu problem ekonomi yang sangat mendasar yang sedang kita hadapi sekarang. Kerangka kerja ekonomi yang telah dikembangkan selama 5 dekade terakhir tidak mampu memecahkan masalah tersebut. Malahan kerangka kerja ekonomi kovensional itu telah menghadapkan kita pada kemiskinan massal, kegagalan tinggal landas dalam proses pembangunan, dan penurunan secara substansial kualitas kesejahteraan material manusia. 

Di pihak lain, terutama di negara-negara maju, kerangka kerja ilmu ekonomi konvensional tidak mampu memecahkan persoalan-persoalan ekonomi seperti pengangguran, inflasi, stagflasi, ketidakstabilan moneter, defisit anggaran belanja dan masalah-masalah lingkungan. 

Dalam kaitannya dengan ekonomi internasional, kita justru melihat kian melebarnya disparitas antara berbagai negara dan kawasan baik yang bersumber dari perbedaan penguasaan ilmu pengetahuan maupun teknologi atau karena sebab-sebab sosio-ekonomi yang berujung kepada divergensi kondisi material yang antagonis. 

Belum lagi ditambah dengan ketidak merataan distribusi pendapatan dan kekayaan yang kini telah menjadi pemicu utama gejolak sosial di mana-mana dan pengurasan sumber-sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui (non-renewable resources) secara irasional telah menjadi suatu ancaman serius bagi kelangsungan peradaban umat manusia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline