Lihat ke Halaman Asli

Nurul Muslimin

TERVERIFIKASI

Orang Biasa yang setia pada proses.

UNDAGI 2025: Merawat Kreativitas & Peradaban

Diperbarui: 17 September 2024   17:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumentasi ASKRINA

Peradaban manusia tak akan bisa dilepas dari dunia kreatif. Karena dunia kreatif telah menjadi alat penanda zaman. Semakin lama perjalanan sebuah jaman, kreatifitas akan terus berkembang sampai di ujung jauh tak terbatas. Itulah naluri manusia yang tak ada hentinya untuk berfikir dan berkreasi.

Kreatifitas dalam sebuah peradaban manusia dapat dilihat dari warisan budaya dengan berbagai macam artefak-artefaknya. Banyak peninggalan-peninggalan sejarah itu secara kasat mata mengandung makna dan fungsi, baik yang tampak maupun tak tampak. Keduanya saling melengkapi dan memberikan nilai.

Lebih spesifik, dunia kriya merupakan salah satu media dalam mengekspresikan hasrat manusia dalam berbudaya. Bangsa Indonesia telah ribuan tahun dalam menghasilkan produk kreatif ini, bahkan dikenal sejak zaman prasejarah. Hal ini dibuktikan dengan fakta penemuan artefak-artefak seni kriya dari zaman batu muda atau zaman neolitikum. Bahan seni kriya pada zaman-zaman ini umumnya didominasi dari tanah liat dan batu. (kemenparekraf.go.id). Apapun bentuk dan bahan suatu karya kriya, semua itu adalah perwujudan dari ekspresi sebuah bangsa yang akan menjadi identitas bagi bangsa itu sendiri.

Sejak maraknya teknologi informasi yang menusuk setiap individu secara massive di seantero dunia, pengaruh budaya modern semakin intensif, sehingga terkadang menggerus nilai-nilai budaya lama. Tak mustahil akan terjadi akulturasi budaya atau bahkan mungkin akan terjadi tercerabutnya suatu bangsa dari akar budaya leluhurnya. Ini yang mestinya menjadikan keprihatinan kita, karena nilai-nilai luhur peradaban bangsa kita yang terwujud dalam karya kriya akan luntur, bahkan raib ditelan kemajuan zaman.

Itulah yang mendorong para seniman kriya di Yogyakarta dan berbagai wilayah di Indonesia yang tergabung dalam ASKRINA (Asosiasi Kriyawan Republik Indonesia) untuk menghelat sebuah pameran kriya UNDAGI 2025. Para kriyawan ini berniat untuk merawat budaya bangsa Indonesia sendiri di tengah maraknya gempuran budaya asing melalui dunia maya. Kita tentu tak akan dapat menghentikan pengaruh budaya asing sepenuhnya, apalagi jika mempunyai pengaruh positif. Tapi sebaliknya, tentu kita akan resisten terhadap budaya asing yang tak mencerminkan budaya Bangsa Indonesia.

Pameran UNDAGI 2025 yang akan dihelat pada tanggal 18 sampai dengan 28 Januari 2025 ini akan mengusung tema Cakra Manggilingan. Sebuah filosofi leluhur kita dalam mensikapi fluktuasinya kehidupan. Karena kehidupan manusia tidak lepas dari perjalanan waktu yang mengikuti alur perubahan dan perkembangan yang berdampak pada kualitas hidup manusia. Falsafah Jawa ini memberikan arti pentingnya waktu kepada manusia, karena waktu tidak pernah berhenti di tempat, tetapi terus berputar. Siklus waktu kehidupan mendidik manusia untuk tanggap ing sasmito (peka dan sadar akan tanda-tanda yang ada di sekitar kita), agar menjadi bijaksana menyikapi tanda-tanda zaman.

Dengan demikian, konsep Cakra Manggilingan tidak hanya memberikan inspirasi visual dan simbolis, tetapi juga menanamkan nilai-nilai filosofis dan spiritual yang mendalam dalam sebuah karya kriya, menciptakan hubungan yang kaya antara seni dan kehidupan. Dengan konsep Cokro Manggilingan, seniman akan berkreasi dan menyampaikan pesan filosofi tersebut dalam karya-karyanya, sehingga pameran ini menjadi ruang apresiasi pada karya seni  dan sekaligus refleksi kita pada kehidupan.

Pada pameran UNDAGI 2025 yang ke-3 ini --sebelumnya telah dilaksanakan UNDAGI pertama (2016) dan kedua (2018)--, diharapkan para kriyawan Indonesia terus mampu memberikan kontribusi bagi pemberdayaan pembangunan yang terintegrasi dan saling menguntungkan dalam kreativitas pendidikan, penciptaan, apresiasi, dan edukasi kriya. Di samping itu kriyawan diharapkan mampu mewarnai kemajuan ilmu seni rupa di Indonesia, dan memberikan inspirasi bagi pertumbuhan dan perkembangan kriya di masa mendatang. Sehingga tak salah jika kita menganggap, UNDAGI 2025 menjadi ruang untuk merawat kreatifitas dan peradaban Bangsa Indonesia. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline