Seperti biasanya, bangun tidur jam 04.00 pagi, Kang Ngatman bergegas nyaut sarung dan peci butut kesayangannya berangkat ke Musholla dekat rumah, untuk menunaikan Subuh.
Perlahan air wudlu yang ia basuhkan ke bagian tubuhnya, betul-betul ia rasakan sebagai penyejuk tubuh dan hatinya.
Subuh yang ia tunaikan seakan mengalirkan darah kesegaran dan ketenangan hati. Karena dia yakin, hanya dengan sujud dan menyebut nama Tuhan, hatinya terasa tenang menjalani hidup. Dan hanya dengan menitikkan air mata dihadapanNya, segala gundah hati seperti terhempas lenyap dan melahirkan ketenangan.
Setiap sujud yang ia tunaikan, seakan melambungkan perasaannya mencapai puncak Arsy dan sangat dekat dengan Tuhannya.
Usai menunaikan Sholat Subuh, ia pun keluar musholla dan duduk sejenak di serambi, memandangi ujung sawah yang mulai dibelah sinar Matahari.
"Knapa duduk termenung, Man?", tanya Mbah Mukhlis, imam Musholla di Kampung itu pada Kang Ngatman.
"Lagi nunggu mBah".
"Nunggu apa?"
"Nunggu waktu sholat Dzuhur."
"Lha apa nggak kerja?"