Lihat ke Halaman Asli

Nurul Muslimin

TERVERIFIKASI

Orang Biasa yang setia pada proses.

Pancasila dan Kemerdekaan Kampus Perguruan Tinggi

Diperbarui: 22 Juni 2016   22:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 
Beberapa hari yang lalu teman saya, seorang alumnus Institut Seni Indonesia Yogyakarta dikagetkan oleh berita dari media tentang sebuah gerakan mahasiswa di kampus tersebut. Dalam status Facebooknya, dia tidak habis fikir, sebuah Lembaga Perguruan Tinggi Seni dijadikan basis penyebaran pengaruh dari salah satu ormas yang menginginkan penerapan sistem khilafah di Indonesia.

Gejala seperti ini sebetulnya sudah terlihat sejak tahun 90-an. Namun munculnya di kampus-kampus non seni. Nah, kemunculannya di kampus seni menjadi hal yang "luar biasa". Karena selama ini kampus seni identik dengan "kebebasan" ekspresinya ada di wilayah
karya seni, bukan gerakan politis fundamental yang bercita-cita mencabut akar fondasi bernegara dan berbangsa.

Lembaga Pendidikan, apapun bentuknya, seharusnya bersih dari misi selain ranah pendidikan. Lembaga yang telah mendeklarasikan dirinya di area pendidikan, harus murni bertujuan meningkatkan pengetahuan anak didiknya, mengembangkan wawasan dan keterampilan siswa/mahasiswanya, dan yang lebih penting adalah membangun basic intelektual.

Munculnya lembaga pendidikan sejak jaman Boedi Oetomo (1908) saya yakin, tidak ada misi yang dominan kecuali "pendidikan". Secara substansial tidak ada muatan-muatan lain.
Kampus Perguruan Tinggi di Indonesia seharusnya menjadi institusi garda depan perubahan bangsa dan negara ke arah yang lebih baik.

Pembangunan lembaga pendidikan di Indonesia tidak bisa dilepas dari fondasinya, yakni Pancasila. Pancasila adalah dasar kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Ia sudah menjadi komitmen besar diantara para pendiri bangsa untuk membangun pilar-pilar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bagaimanapun Pancasila tidak bisa dilepaskan dari Budaya Indonesia. Dia lahir dari rahim kolaborasi pemikiran para tokoh bangsa yang di tengah situasi di mana sebuah 'rumah' bernama Indonesia membutuhkan fondasi agar bisa berdiri dengan kokoh. Maka otomatis dunia pendidikan di Indonesia juga menjadikan Pancasila sebagai fondasi pilar-pilar pendidikan di Indonesia.

Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mahakarya para tokoh bangsa, dan merupakan ideologi politik yang luar biasa.
Karena Pancasila bukan merupakan representasi
mainstream pemikiran dunia tertentu (baik kapitalisme, sosialisme, agama tertentu atau yang lainnya), tetapi sebuah ramuan pemikiran besar para pendiri bangsa Indonesia dan telah menjadi komitmen bersama untuk membentuk NKRI.

Pergulatan intelektual yang panjang dan kompleks, yang menampung pemikiran-pemikiran besar dunia saat itu, menjadikan Pancasila sebagai pandangan hidup dan "rule of the game" (aturan main) dalam berbangsa dan bernegara. Praktis Pancasila menjadi satu-satunya asas dalam berbangsa dan bernegara. Dengan demikian otomatis Pancasila menjadi fondasi Ketahanan Nasional.

Sebagai ideologi bernegara dan berbangsa, Pancasila acap kali menghadapi hantaman badai ideologi, baik yang berhaluan kiri maupun kanan. Namun, Pancasila tetap kokoh berdiri dan dijunjung tinggi sebagai komitmen besar bangsa Indonesia. Meski demikian, kelengahan kita dapat berujung bencana kebangsaan jika tidak diperhatikan secara serius!

Masih akrab di telinga kita sebuah peringatan "Awas bahaya Laten Komunis!" Peringatan ini yang harus tetap menjadi bentuk kewaspadaan kita untuk anak cucu kita, dan jangan sampai mudah dirasuki faham atau ideologi-ideologi di luar nilai-nilai Pancasila sampai kapanpun! Karena Pancasila bukan hanya simbol-simbol bernegara dan berbangsa, namun lebih dari itu, Pancasila menjadi dasar fundamental yang telah menjadi komitmen para pendiri bangsa Indonesia untuk membangun sebuah bangsa besar. Dan kita tahu bahwa Indonesia adalah negara besar dengan ragam etnis, agama, suku dan budaya.

Seharusnya negara-negara Barat bisa mencontoh Indonesia dalam hal kekuatan yang dibangun dari sebuah kebhinekaan, di mana sebuah bangsa dengan nilai toleransi yang relatif baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline