Lihat ke Halaman Asli

Nurul Muslimin

TERVERIFIKASI

Orang Biasa yang setia pada proses.

Jogja, Teh Poci dan Nasi Gila!

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14289656857069790

Awal-awal tahun 1992 (23 tahun yang lalu), ketika saya datang ke Jogja, minuman yang sangat Jogja --menurut saya-- adalah Teh Poci-gula batu. Ada beberapa tempat nongkrong sambil nge-teh poci di Jogja, termasuk yang menjadi favorit saya adalah di Pakualaman. Suasana santai, remang-remang, sambil ngobrol ditemani musik kroncong yang aduhai... Sepertinya malam menjadi milik kita.

Perbincangan dengan teman-teman pun mengalir, seperti air Sungai Opak atau Gajah Wong, seperti tak ada hentinya. Mulai tentang suasana Jogja, produksi seni, dan rerasan tentang karya-karya. Tak ketinggalan tentang themon (perempuan).

Saking senangnya nge-teh poci, saya beli Poci dan perangkatnya untuk nge-teh di kost-kostan waktu itu. Kost saya di daerah Janti. Sekarang posisinya di bawah jembatan layang Janti.

Tiap pagi bangun jam 06.00 wib nge-teh poci, kental dan dikasih jeruk nipis secukpnya, wow!, serasa pagi yang indah sekali. Serius! :)

Waktu itu teh kental, panas, legi (manis), kental (Nasgitel) menjadi menu wajib setiap malam. Setia menemani obrolan malam di Jogja.

Dulu (sekitar tahun 1992-1995) Jogja sepertinya tidak ada kemacetan seperti sekarang ini. Waktu itu jalanan di Jogja seperti asyik-asyik saja, tanpa macet. Kemana-mana menjadi enak dan tidak malas untuk jalan. Tapi sekarang?? Duh,... macet di sana-sini. Apalagi waktu liburan. Jangankan di Malioboro, jantungnya kota Jogja, bahkan di Jalan Parangtritis pun, ketika liburan menjadi lambat, padat merayap.

Waktu itu kadang-kadang nge-teh poci gula batu di Warung Oseng Bledek / Mercon di utara Jokteng Kulon, langganannya Mas Sentilun dan Mas Djaduk.

Untuk saya yang masih setia tinggal di Jogja mungkin biasa nge-teh poci gula batu. Tapi saya membayangkan jika teman-teman yang dulu pernah tinggal di Jogja, pasti akan kangen berat dengan teh poci gula batu. Panasnya kemepyar! Ngantuk jadi hilang seketika!.

Jogja akan membawa kenangan yang pasti wow! Suasana, ramah dan sajiannya kadang mengusik teman-teman yang pernah tinggal di Jogja. Setiap datang ke Jogja, sepertinya mereka tak akan meninggalkan menu minuman khas teh poci gula batu nasgitel. Seteguk teh poci membawa kenangan menyusuri alur waktu yang telah silam.

Teh poci gula batu sekarang bisa kita nikmati di Kawasan Kompleks Pyramid Jalan Parangtritis km 5,5. Kedai Demid namanya. :D Depan Pyramid maksudnya. :D Di sana ada Waroeng Demid, ada pula Kedai Demid. Jika Waroeng Demid dengan menu Ayam Geprek, dan aneka susu buah, maka Kedai Demid mengambil positioning pada wilayah menu tradisional. Nasi Brongkos Sandung Lamur, Teh Poci Gula batu, Wedang Serai, Wedang Jahe, dan kawan-kawannya.

Ada pula Nasi Gila! Jenis Nasi ini sebetulnya tergolong istilah baru, bukan menu tradisi yang ada sejak kakek moyang Jogja. Nasi Gila sebenarnya representasi dari selera pedas yang dibuat dari bahan daging sapi cincang. Nasi ini masuk wilayah selera pedas yang sesuai dengan lidah para perantau di Jogja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline