Kairo dikenal sebagai Kota Seribu Negara. Kota ini terletak di dekat Sungai Nil dan memiliki populasi sekitar 9,54 juta penduduk. Pembangunan Kota Seribu Menara berawal dari Dinasti Fatimiah yang ingin mengasingkan istana dari rakyatnya sehingga dibangunlah kota yang letaknya di utara Misr Al-Fustat.
Pemimpin saat itu ingin mengekspansi dan menguasai wilayah Mesir. Setelah berhasil melakukan ekspansi, pihak kerajaan membangun kota di dekat Sungai Nil. Kota ini dinamakan Al-Qahirah yang berarti kota kemenangan. Nama yang indah ini menjadi sebuah kenyataan karena Cairo berhasil menjadi salah satu pusat intelektual Islam di dunia.
Beberapa nama tokoh besar, baik sebagai ulama maupun tokoh ilmu pengetahuan lahir dari Kota Kairo. Bahkan, pada saat zaman Abu Minsyar, Kairo berhasil bersaing dan mengalahkan Cordoba dan Baghdad. Selain sebagai pusat intelektual, Kairo tumbuh sebagai pusat perdagangan di Kawasan Laut Tengah dan Samudera Hindia. Wilayahnya mencakup Afrika Utara, Sisilia, Palestina, Suriah, Yaman, dll.
Dari sekian lamanya masa kejayaan, Kairo menghadapi sebuah masalah internal yang disebabkan oleh ketidakstabilan pemerintah. Hal ini terjadi karena lemahnya para penguasa. Kondisi alam yang menurun pun turut memperburuk kondisi negara mereka. Banyak hal yang terjadi tak sesuai dengan apa yang mereka prediksi, seperti terjadinya musim kemarau yang berkepanjangan, munculnya wabah penyakit (black death), dan perang saudara. Black death yang terjadi tidak separah seperti yang dialami oleh negara Eropa, namun hal ini memicu buruknya kondisi internal negara mereka. Faktor internal tersebut mengakibatkan banyak warga Kairo yang meninggal dunia. Di masa Dinasti Mamalik, kemunduran Kairo disebabkan oleh faktor eksternal. Menguatnya Turki Usmani dalam berbagai bidang memukul mundur kekuatan Dinasti Mamalik.
Di masa lalu maupun saat ini, Kairo masih menjadi pusat intelektual Islam di dunia. Hanya saja Kairo kini menjelma menjadi Kota Metropolitan yang ramai akan gedung-gedung pencakar langit. Kairo pada masa Dinasti Fatimiah dikenal dengan tingginya toleransi antar umat beragama. Siapapun yang mampu, mereka dapat menjabat dalam pemerintahan. Namun, toleransi yang ada pada Kota Kairo juga menjadi ancaman karena toleransi yang berlebihan dapat menimbulkan hal-hal baru yang bisa jadi menyimpang serta dapat mengancam eksistensi kebenaran Islam. Berbeda dengan kota-kota lain, Kairo merupakan kota yang anti-nepotisme. Hal tersebut merupakan salah satu faktor kota Kairo menjadi kota yang maju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H