Pada 15 Januari 2019, seluruh pimpinan Kompas Gramedia terutama kategori unit bisnis media---termasuk di dalamnya Kompasiana---dikumpulkan di sebuah ruangan besar yang terdapat di lantai dasar gedung Menara Kompas. Ruangan tersebut merupakan studio baru Kompas TV dengan konsep teater.
Seluruh peserta yang hadir kompak memakai kemeja putih maupun atasan bernuansa putih bagi karyawan perempuan sebagaimana himbauan dari masing-masing departemen personalia dan urusan umum.
Wajah kami pun masih segar dan wangi mengingat acara dimulai sejak pagi sekali. Sebenarnya ini adalah performance contract yang dikemas dengan rangkaian kegiatan lain.
Seluruh pimpinan perusahaan KG pun hadir mengisi kursi di barisan paling depan. Antara lain CEO KG Pak Liliek Oetama, Wakil Pemimpin Umum harian Kompas Mas Budiman Tanurejo dan Mas Rikard Bagun, Pemimpin Redaksi harian Kompas Mbak Ninuk Pambudy, dan CEO KG Media Mas Andy Budiman serta jajaran pimpinan teras lainnya.
Dalam agenda acara yang bertajuk "Sustaining The Purpose" ini kami disuguhkan sebuah tayangan perjalanan dua orang pendiri, Jakob Oetama dan Petrus Kanisius Ojong sebagai pembuka sesi.
Nilai-nilai kerja luhur dan perjuangan keduanya menjadi "sarapan" yang berenergi. Sebagai founding fathers, keduanya menanamkan etos kerja unggul dan membawa nilai kemajemukan. Hal inilah yang sampai sekarang menjadi cultural identity KG.
Pimpinan teras KG memberikan pengantar sekaligus memaparkan maksud dan tujuan acara tersebut sembari menyuguhkan data dan fakta pertumbuhan bisnis grup KG. Kondisnya "naik-turun". Kendati begitu, KG sebagai entitas bisnis mulai berbenah agar dapat beradaptasi dengan disrupsi.
Penetrasi teknologi digital berima dengan tumbuhnya bisnis digital. Para pemain utama media tidak lagi bisa duduk manis sembari menunggu pelanggan membeli dagangannya.
Harus ada penyesuaian dan perubahan. Sudah menjadi rahasia umum jika oplah media cetak tidak seagresif dulu. Tutup usianya tabloid BOLA juga penanda jelas akan ketatnya kompetisi dalam bisnis ini.
Sebuah fakta jika dalam mengonsumsi informasi generasi "Y" tidak lagi mengandalkan koran atau majalah cetak sebagai channel utama, melainkan digital! Melalui digital mereka dapat langsung berinteraksi dengan para konsumen lain atau bahkan dengan pemilik media.
Persaingan makin luas dan kadang tak dapat diprediksi. Institusi atau perusahaan media tidak lagi bersaing dengan media lainnya, tetapi berkompetisi dan berebut kue bisnis dengan banyak platform digital atau bahkan komunitas.