Lihat ke Halaman Asli

Nurulloh

TERVERIFIKASI

Building Kompasiana

Melegendakan Danau Sentani, Papua

Diperbarui: 13 Oktober 2017   14:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Danau Sentani dari atas sebuah bukit di daerah Doyo Lama, Jayapura/Bagus (GNFI)

Saat masih duduk di bangku sekolah dasar, mungkin saya jadi siswa yang paling getol dan sering memaksa guru saya untuk mendongeng atau sekadar bercerita tentang sejarah tokoh-tokoh terkenal, tak terkecuali cerita para nabi. Entah kenapa, melalui medium dongeng, legenda atau cerita rakyat yang telah saya dengar dan ketahui memudahkan saya untuk memutar kembali yang diceritakan sang guru dulu. Baik itu seputar perilaku terpuji seorang tokoh atau sejarah terjadinya sebuah tempat atau yang kini menjadi destinasi wisata.

Misalnya saja, cerita pemuda bernama Sangkuriang yang berhasrat untuk menikahi ibunya, Dayang Sumbi. Kegeraman Sangkuriang karena tidak dapat memenuhi satu dari dua persyaratan yang diminta Dayang Sumbi untuk membuat sebuah sampan atau perahu dalam waktu semalaman sehingga dia menendang perahu yang dibuatnya hingga konon menjadi asal muasal sebuah gunung yang dikenal dengan Tangkuban Parahu sangat melekat. Sehingga, tiap kali berwisata ke Tangkuban Perahu yang terlintas di benak saya adalah cerita Sangkuriang dan Dayang Sumbi yang kini populer sebagai legenda dari Jawa Barat.

Cerita rakyat, dongeng ataupun sebuah legenda yang dibangun dengan berbagai latar cerita selalu mengandung nilai edukasi yang bisa menjadi teladan bagi siapapun, khususnya anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah. Medium seperti itu akan mudah diingat terlebih ditambah dengan buku-buku atau komik.

Kunjungan saya beberapa waktu lalu ke destinasi wisata Danau Sentani di Kabupaten Jayapura, Papua dalam rangka acara Festival Danau Sentani ke-9 bersama kawan media dan awak PT Freeport Indonesia sangat mengesankan karena suguhan lansekap alam yang luar biasa indah. Namun, satu pertanyaan hinggap di kepala. Apakah danau ini memiliki kisah dalam bentuk legenda ataupun dongeng seperti cerita Sangkuriang, Danau Toba atau Malin Kundang?

Karena bagi saya, mengenal sebuah danau terbesar di Papua yang berada di Kabupaten Jayapura ini tidak hanya dapat dilakukan dengan cara menikmati keelokan lanskap gugusan pegunungan Cyclops dan pulau-pulau kecil berpenduduk di sekitar danau. Ada cara lain yang tak kalah eksotisnya yaitu dengan mengetahui sejarah danau yang diberi nama Sentani. Beragam versi cerita rakyat menyoal sejarah Danau Sentani dinilai menjadi kekayaan tersendiri.

Lanskap perbukitan yang melingkari Danau Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua/rul

Rasa penasaran kian memuncak. Saya coba berselancar maya untuk mendapatkan informasi seputar cerita rakyat tentang Danau Sentani itu. Hasilnya, saya mendapatkan dua kisah dengan latar dan alur cerita yang berbeda.

Kisah penunggang naga dari Papua Nugini yang terdampar dan bertahan hidup di atas punggung dan kepala naga yang mati dan jatuh ke sebuah danau mengawali kisah terbentuknya Danau Sentani. Pulau-pulau kecil yang sekarang mengelilingi danau dipercaya terbentuk dari punggung dan kepala naga mati yang menyembul ke permukaan.

Kisah lain yang menambah koleksi cerita rakyat Papua tentang sejarah Danau Sentani adalah cerita Haboi dan Ondofolo Wally, seorang penduduk dan pemimpin kampung Yomoko. Kondisi kampung Yomoko yang selalu diselimuti langit gelap dan ketidaktersediaan air serta api sebagai sumber kehidupan menggerakkan Haboi dan Ondofolo Wally menemui penguasa air di puncak Dobonsolo yang bernama Dobonai. Mereka berdua berencana membeli air dari Dobonai dengan mahar gelang mutiara yang dikenal dengan Eba dan tiga butir manik-manik yang disebut Hawa, Hay, dan Naro.

Singkat cerita, misi Haboi dan Ondofolo Wally tak semulus rencana. Mereka menemui masalah mulai dari salah memberikan mahar kepada dua orang petugas Dobonai, Dukumbuluh dan Roboniwai, sampai kepada kasus pelanggaran berburu sepulang membeli air yang mengakibatkan air bah yang menghanyutkan keduanya dari puncak Dobonsolo sehingga air tersebut menggenangi dataran rendah yang menjadi danau yang dikenal dengan Sentani.

Bermodalkan dua versi cerita tadi, saya mencoba mengonfirmasi langsung kepada Bupati Jayapura Mathius Awoitauw mengenai cerita versi mana yang berkembang di masyarakat Papua. Namun, saya menangkap keraguan Bupati Mathius saat ingin memastikan legenda yang populer.

"Ya, yang paling banyak yang versi naga itu," jawab singkat Bupati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline