Lihat ke Halaman Asli

Nurulloh

TERVERIFIKASI

Building Kompasiana

Mobil Asia dan Proteksionisme AS (?)

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_85954" align="alignright" width="298" caption="Mobil Toyota (Kontan)"][/caption] Sebagai perusahaan otomotif terdepan di muka bumi, Toyota mengalami masalah yang dapat membuat reputasinya melorot dan tercemar. Sering kali diulas media dan masyarakat dunia, kesalahan pada pedal gas mobil Toyota Prius yang berteknologi hybrid ramah lingkungan. Kesalahan dalam proses produksi di pabrik-pabrik Toyota, menyebabkan Toyota harus menarik 300.000 Prius yang begitu diminati karena design dan teknologinya yang ramah lingkungan. Akio Toyoda, cucu pendiri perusahaan otomotif Toyota yang sekarang menjabat sebagai presiden Toyota, juga harus merelakan waktu dan pikirannya ketika dipanggil kongres Amerika Serikat (AS) untuk menjelaskan masalah yang menghebohkan dunia otomotif itu. Sampai ia harus meminta maaf di hadapan kongres dan masyarakat AS karena penarikan 8.5 Juta mobil buatannya itu yang juga telah mengakibatkan beberapa kecelakaan lalu lintas di AS. Bukan cuma Toyota sebagai perusahaan otomotif di Asia yang mengalami masalah dengan produksi mobilnya. Baru-baru ini Nissan, juga mengalami hal serupa walaupun tak sehebat badai yang menerpa Toyota. Nissan, perusahaan otomotif asal Jepang, akan menarik 540.000 unit mobilnya yang bermasalah. Masih sama seperti Toyota, Nissan mengalami permasalahan pada pedal rem dan meteran bahan bakar, yang membedakannya dengan "derita" yang menimpa Toyota. Kedua masalah yang merundung beberapa perusahaan otomotif di Asia, menjadi pertanyaan besar buat masyarakat dunia. Ditengah kemajuan yang dialami industri otomatif Asia, ternyata masalah datang dari proses pabrikasi yang hampur merenggut "nyawa" perusahaan otomotif itu. Di AS, terdapat beberapa perusahaan otomotif yang juga terdepan, seperti General Motor, Ford dan Chrysler yang mengalami kebangkrutan dan dirundung masalah finansial. Harusnya ini menjadi peluang terbesar industri otomotif Asia untuk menindih mereka. Namun, tak disangka, justru industi otomotif Asia terkena badai juga. Usaha Proteksionisme (?) Dipanggilnya Akio Toyoda dalam dengan pendapat Kongres AS beberapa waktu lalu, menyisakan keganjilan dunia usaha otomotif AS dan Asia yang tengah bersaing ketat. Terkait kebangkrutan beberapa industri otomotif AS, diduga Pemerintah AS mengakomodir kesalahan Toyota untuk dijadikan "peluru" untuk melumpuhkan industri otomotif Asia yang menjadi terdepan setelah General Motor bangkrut yang sebelumnya menguasai industri otomotif dunia. Permintaan maaf Akio Toyoda, dinilai masyarakat Jepang belum mampu memulihkan citra Toyota dimata AS. Tindakan Akio Toyoda itu seperti mempermalukan diri sendiri yang secara tersurat (mungkin) dipaksa AS. Jika menilik kebijakan AS ketika krisis yang bermula dari subprime mortgage, saat itu Obama pernah mengajak warga AS untuk mencintai produk negeri sendiri, walaupun diprotes keras dari negara-negara lain yang menjalin hubungan dagang dengan AS. Ini menjadi alasan atas dugaan bahwa AS saat ini berusaha melakukan proteksionisme di bidang otomotif di tengah lesunya sang lawan yakni industri otomotif Asia, terutama Toyota (Jepang). Bahkan beberapa perusahaan otomotif AS, seperti Ford, berencana menawarkan diskon hingga US$ 1.000 untuk para konsumen Toyota maupun Honda yang ingin menukar mobil mereka dengan produk-produk keluaran Ford. Begitu juga dengan General Motors yang menawarkan insentif penjualan untuk 2,3 juta pemilik mobil Toyota yang mobilnya ditarik oleh produsen asal Jepang itu. (Kontan, 29/1) Yang menjadi pertanyaan, ada apa dengan industri otomotif Asia, khususnya perusahaan Mobil Jepang saat ini? kasus demi kasus dari kesalahan terungkap dengan mendapatkan respon yang keras, di samping dimanfaatkannya momen ini oleh industri otomotif AS. NuruL

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline