Megawati yang sekarang ini menjadi Capres dari PDIP bersama Prabowo Subianto dari gerindra sebagai Cawapresnya, sering di ejek dan dikritik terkait masalah penjualan PT. Indosat pada tahun 2002, tepatnya tanggal 15 Desember tahun itu. Pada saat itu megawati selaku Presiden RI menjual Indosat kepada Temasek Holding Company melalui anak usahanya Singapore Technologies Telemedia (STT), MNC (Multi National Corporation) asal Singapura. Penjualan industri telekomunikasi ini sangat menuai protes dan kontradiksi dibanyak kalangan karena sektor telekomunikasi merupakan kebutuhan hajad hidup masyarakat Indonesia. Sektor telekomunikasi pun merupakan Growth Business yang menggiurkan banyak investor asing. Maka tak heran jika hampir setengah saham telekomunikasi Indonesia dikuasai Asing. STT yang 100% sahamnya dimiliki Temasek memiliki saham sekitar 41% saham Indosat. Pengalihan 41% saham pemerintah RI kepada STT yang terjadi pada Desember 2002 silam dilakukan dengan jalan divestasi. Dengan menguasai Indosat, temasek juga menguasai PT. Satelindo (operator selular, SLI). IM3 (selular), dan PT. Lintasarta (penyedia jaringan antar bank). PT. Indosat juga memiliki satelit Palapa, sehingga kontrol Temasek atas PT. Indosat juga memiliki dimensi geopolitik dan kedaulatan Indonesia dan hal inilah yang menjadi salah satu kontroversi atas penjualan Indosat. Dalam tulisan ini saya tidak akan membahas kerugian akibat penjualan Indosat yang kontroversial. Tetapi dalam tulisan ini akan dipaparkan keuntungan yang minim tapi bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. yaitu: 1. Keuntungan dari penjualan Indosat ini yang juga merupakan liberalisasi telekomunikasi paling utama yaitu hilangnya hambatan-hambatan akses pasar. 2. Dengan penjualan Indosat ke STT (Temasek), Indosat mendapatkan transfer teknologi yang lebih modern sehingga industri telekomunikasi (Indosat) Indonesia makin melebarkan sayapnya dengan menawarkan dan menyediakan jasa telekomunikasi ke seluruh pelosok negeri yang awalnya jasa telekomunikasi hanya dapat dinikmati di kota-kota besar. 3. Makin ketatnya persaingan di sektor telekomunikasi yang sekarang banyak dikuasai oleh pihak asing karena aksi privatisasi ini, membuat para perusahaan telekomunikasi di Indonesia termasuk Indosat menurunkan harga atau tarif telepon dan lain-lain agar tetap memiliki dan menarik pelanggan dan dapat terus bersaing di pasar ditengah tejadinya perang tarif telepon. 4. Pelebaran sayap pasar industri telekomunikasi dalam hal ini Indosat ke pelosok negeri dengan menyediakan dan menawarkan jasa telekomunikasi ini juga diiringi dengan banyaknya perekrutan tenaga kerja yang nantinya akan ditempatkan di cabang usaha Indosat maupun Industri telekomunikasi lainnya (privatisasi) kepada asing di daerah lain sehingga sudah menurangi pengangguran di daerah walaupun tidak signifikan. Melihat keuntungan yang dipaparkan di atas terkait penjualan PT. Indosat kepada STT (Temasek), secara tidak langsung sudah dirasakan oleh kita semua terutama tarif telepon dan tarif telekomunikasi lainnya yang sangat bersaing dan tergolong murah walaupun tarif jasa telekomunikasi di Indonesia masih tergolong sangat mahal jika di banding negara-negara tetangga kita dan negara lainnya. Pada tulisan selanjutnya saya akan menganalisa kerugian yang diakibatkan oleh penjualan PT. Indosat kepada STT (Temasek) pada tahun 2002 silam dengan judul -"Buntung" Megawati Jual Indosat (2002)-, tunggu saja. Salam Nurulloh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H