Lihat ke Halaman Asli

Nurulloh

TERVERIFIKASI

Building Kompasiana

Path, Berbagi dengan "Semua"!

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Path (Path.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="512" caption="Path (Path.com)"][/caption] Dua tahun lalu, saya sempat mengulas platform media sosial Path yang tersedia sebagai aplikasi dalam sistem operasi iOS dan Android. Sejak diluncurkan tahun 2010, Path menunjukan progres yang menakjubkan. Jumlah pengguna yang bertambah secara masif dan fitur yang disajikan pun makin bervariasi. Namun, beberapa hari belakangan, sejak Path mengizinkan penggunanya untuk memperoleh atau menambah teman dengan kuota sampai 500, cukup menjadi perbincangan hangat di media sosial ini. Bahkan, gambar-gambar satir memenuhi timeline Path saya. Pasalnya, ketika Path diluncurkan, pengembang hanya membatasi penggunanya untuk memiliki dan menambah kuota pertemanan tidak lebih dari 150 orang. Sedangkan kini, pengembang menambah kuota tersebut menjadi 500 orang. Hebohlah jagat Path dengan pembaharuan ini! Respon negatif dan positif pun dilontarkan para penggunanya. Ada yang mengatakan bahwa eksklusifitas Path hilang, tidak ada lagi alasan untuk tidak menerima tawaran pertemanan dari teman yang kita tidak inginkan, dan bahkan ada yang mengatakan bahwa Path tak ubahnya Facebook dan Twitter yang menyediakan kuota pertemanan yang sangat banyak dan mungkin tak terbatas. Di samping itu, ada juga yang merasakan manfaat dengan penambahan kuota perteman ini. Mereka yang setuju, merespon pembaharuan Path sangat menguntungkan karena mereka bisa memiliki dan membangun jaringan sosial dengan siapapun, tak hanya untuk orang-orang terdekat---seperti ulasan saya sebelumnya. Perkuat Jaringan Pengguna dan Bisnis Maraknya media sosial yang bermunculan sejak 2009, memaksa pengembang platform atau aplikasi media sosial saling berlomba-lomba untuk menyajikan produk yang digemari oleh banyak pengguna internet. Munculnya istilah "startup" juga seakan membuat persaingan  ini memiliki arah kompetitisi yang jelas. Tidak hanya ingin menyajikan produk yang baik, tapi keunikan dan perbedaan satu produk dengan produk lain juga menjadi strategi besar yang dijalankan. Seperti halnya Path, ia hadir dengan keunikan dan perbedaan yang membuat penggunanya nyaman dan secara memiliki media sosial tetap bisa menjaga privasi. Namun, ada juga yang akhirnya meniru langkah produk lain karena kesuksesan membangun jaringan pengguna dan bisnis. Seperti merebaknya emoticon di setiap media sosial sekarang ini. Hampir semuanya punya, bahkan ada yang membanderol jenis emoticon yang unik dengan harga yang cukup mahal. Rasanya apa yang dilakukan Path dengan menambah kuota pertemanan juga termasuk langkah dalam memperkuat jaringan pengguna dan bisnis. Mereka tak akan hidup lama jika tak berteransformasi dengan perkembangan dan kebutuhan pengguna internet di seluruh dunia. Selain itu, sekarang Path juga sudah dijadikan sebagai media branding dan promosi oleh sejumlah perusahaan yang sedang menjalankan campaign, meskipun sifatnya masih soft selling. dengan begitu, tak menutup kemungkinan, nanti akan hadir Path Premium atau akun berbayar seperti yang sudah dilakukan media sosial lain. Melihat pembaharuan Path dan arah bisnis---yang saat ini adanya keterlibatan salah satu perusahaan milik calon presiden Indoensia---yang mereka jalankan, bisa menghasilkan pundi-pundi uang yang lebih banyak ketimbang idealis memberikan "eksklusifitas" kepada penggunanya. Dengan begitu, tagline Path, “The smart journal that helps you share life with the ones you love." sudah tidak relevan lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline