[caption id="attachment_390915" align="aligncenter" width="539" caption="Pengunjung yang kebanyakan pasangan muda-mudi berfoto di atas Tebing Karaton dengan latar belakang perbukitan dan hutan raya/RUL"][/caption]
Selimut awan mendung dengan suhu 20-25 °cmenemani perjalanan saya dari Bandung Kota menuju kawasan hutan Ir. H. Djuanda, Bandung pada Selasa (13/1/2015) pagi. Tujuan perjalanan saya di Kota Bandung kali ini untuk mengunjungi destinasi wisata yang belakangan ramai diperbincangkan banyak netizen yaitu Tebing Karaton.
Destinasi wisata yang menawarkan lanskap hutan raya dan perbukitan ini berada di Kampung Ciharegem Puncak, Desa Wisata Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Butuh waktu kurang dari satu jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor dari Bandung Kota.
Saya memulai perjalanan dari tempat menginap di daerah Jalan Pasteur (dekat pintu tol) menggunakan sepeda motor dengan jarak tempuh sekitar 11 kilometer dan menghabiskan waktu perjalanan sekitar 1 jam 30 menit. Saat baru memasuki hutan raya Ir. Juanda hujan sempat beberapa kali turun dan membuat perjalanan semakin lama karena kondisi jalan yang menanjak dan sangat licin dengan curamnya jurang di sisi kanan dan kiri jalan.
Sejak memasuki jalan kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. Juanda, di Dago Pakar, jalan yang menanjak dengan aspal yang penuh dengan batu kerikil mendominasi perjalanan saya untuk sampai Kampung Ciharegem Puncak tempat Tebing Karaton berada. Meski harus berhati-hati melintas, semangat untuk segera tiba kian memuncak karena disuguhi pemandangan rindangnya hutan pinus dan udara dingin yang tidak terlalu menusuk tulang.
Dua kilometer sebelum sampai di Tebing Karaton, saya tiba di sebuah persimpangan. Di sini saya mendapati sebuah pos petugas kehutanan dan warung minuman bandrek serta sebuah pangkalan ojek yang belum lama dibuat seiring ramainya pengunjung Tebing Karaton. Saya memutuskan untuk berteduh sejenak sambil menyeruput hangatnya bandrek. Warung ini kerap menjadi tempat beristirahat atau sekedar berteduh dari guyuran hujan bagi orang yang melintas.
Dari sini, kondisi jalan selanjutnya hanya dilapisi oleh bebatuan alam dan sangat licin jika dalam kondisi basah serta harus melalui tanjakan terjal. Oleh sebab itu, kepiawaian berkendara sangat diuji, bahkan, saya melihat beberapa mobil tidak dapat melanjutkan perjalanan karena tidak mampu melaju di jalan dengan kondisi seperti itu. Alhasil, mereka harus memarkir mobilnya di area pos petugas kehutanan dan berjalanan kaki sekitar 2 kilometer ke Kampung Ciharegem Puncak atau menyewa jasa ojek motor.
Saya pun melanjutkan perjalanan dengan hati-hati dan perlahan melewati licinnya bebatuan. Beberapa ratus meter sebelum tiba, kembali saya harus melewati tanjakan yang sangat terjal dan licin setelah diguyur hujan. Banyak pengunjung lain yang memilih menuntun sepeda motornya, sedangkan yang membawa mobil harus rela memarkirnya di halaman permukiman warga.
[caption id="attachment_390944" align="aligncenter" width="346" caption="Tanjakan terjal menuju Tebing Karaton hanya dilapisi bebatuan alam yang sangat licin dalam keadaan basah atau ketika hujan/RUL"]
[/caption]
Jalan terjal, bebatuan licin, jurang yang curam dan hujan yang turun tak menentu selama perjalanan, akhirnya terbayar lunas oleh indahnya panorama hutan dan perbukitan yang membentang luas serta kabut yang berada di bawah tempat saya berdiri. Ya, saya sudah sampai di Tebing Karaton. Sebelum masuk masuk lokasi pengunjung harus membayar uang masuk kendaraan sebesar Rp 5.000 untuk sepeda motor dan Rp 10.000 untuk mobil serta membeli tiket masuk per orang Rp 11.000 dan Rp 76.000 untuk wisatawan mancanegara di loket yang tepat berada di pintu masuk.
[caption id="attachment_390918" align="aligncenter" width="540" caption="Loket tempat pembelian tiket masuk Tebing Keraton dengan lahan parikir yang masih minim/RUL"]
[/caption]
Dari loket tiket yang hanya beratapkan terpal tersebut, saya masih harus berjalan sekitar 100 meter sebelum akhirnya bisa berdiri di ujung tebing. Menurut informasi yang tertera di area ini, Tebing Karaton umurnya belum genap satu tahun, tepatnya baru dibuka pada tanggal 1 Mei 2014. Sebelumnya, tempat ini merupakan belantara pepohonan di dekat perumahan penduduk Kampung Ciharegem Puncak dan dikenal oleh warga sekitar dengan nama Cadas Jontor karena posisi batu besar tersebut condong ke depan dan memiliki ketinggian yang berbeda di antara batu-batu (cadas) lainnya.
[caption id="attachment_390919" align="aligncenter" width="540" caption="Lokasi Tebing Karaton dari pintu masuk, terlihat pengunjung berada di tepian tebing/RUL"]
[/caption]
Nama Tebing Karaton mulanya dikenalkan oleh seorang warga bernama Ase Sobana. Dia merupakan orang yang memberikan nama Tebing Karaton yang artinya tebing dengan kemegahan alam.
"Tebing (Sunda) Gawir, Karaton adalah sebuah kemewahan alam, kemegahan alam dan keindahan alam yang bisa kita nikmati bersama," tulis Ase seperti yang tertera di sebuah papan tepat di atas tebing.
[caption id="attachment_390920" align="aligncenter" width="540" caption="Jalan setapak yang sudah diperbarui oleh pegelola menuju tepi tebing/RUL"]
[/caption]
Ase juga merupakan orang yang dengan sukarela membuat jalan setapak ke lokasi tebing beserta lahan parkir yang dikerjakan seorang diri.
"Maka dengan hati yang tulus, saya pun membuat jalan setapak ke tempat tujuan berikut lahan parkir tanpa seorang pun yang membantu, akhirnya Tebing Karaton terkenal kemana-mana," tulis Ase, lagi.
[caption id="attachment_390922" align="aligncenter" width="540" caption="Sejumlah pengunjung mengabadikan momen di tepian tebing/RUL"]
[/caption]
Tebing Karaton merupakan tempat ideal untuk berfoto atau sekedar melepas penat dari suasana perkotaan. Saya melihat begitu banyak muda-mudi yang datang untuk berfoto bersama teman-teman atau dengan pasangan. Seperti saya, mereka datang dengan perjalanan yang cukup melelahkan dan menantang karena kondisi jalan yang bisa dikatakan belum memadai dan bahkan membahayakan dengan licinnya bebatuan yang menjadi alas jalan dan jurang yang curam. Saya menyarankan Anda jika ingin mengunjungi kawan wisata ini di luar musim penghujan.
Tebing ini memiliki tiga sisi pemandangan yang menarik. Di sisi utara terbentang perbukitan dan hutan, di sisi depan terhampar bukit dan lahan pertanian penduduk dan di sisi selatan terdapat pemandangan perumahan penduduk dan hutan serta di sisi timur nampak gunung Tangkuban Parahu.
[caption id="attachment_390923" align="aligncenter" width="540" caption="Lanskap perbukitan dan hutan dari atas tebing/RUL"]
[/caption]
[caption id="attachment_390924" align="aligncenter" width="540" caption="Pengunjung berfoto dengan latar belakang perbukitan dan hutan/RUL"]
[/caption]