Lihat ke Halaman Asli

Pembelajaran Tidak Selalu tentang Materi

Diperbarui: 29 April 2021   12:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Assalamualaikum temam-teman, aku kembali lagi nih, gimana kabar kalian semua? Sehat-sehat aja kan.. semoga kalian tetap dalam lindungan Allah. Yang menjalankan puasa masih semangat gak nih? Harus tetap semangat terus dong... kali ini aku menulis artikel terakhirku pada semester ini, sebelumnya aku mau minta maaf jika ada yang kurang jelas atau kurang difahami selama penulisan artikelku, karena aku masih baru belajar.

Kali ini aku mau membahas tentang evaluasi pembelajaran mata kuliah kewarganegaraan dengan dosen pengampu bapak Edi Purwanto selama semester 2 ini. Jujur dulu pada saat pemilihan mata kuliah aku gak tau sama sekali tentang sifat-sifat dosen yang aku pilih, aku hanya memikirkan jam pelajarannya saja tanpa memikirkan enak atau enggak dosennya. Entah pada saat itu aku memilih Pak Edi, random aja gitu. Hingga aku bertanya kepada temanku yang dulu semester satunya diajar oleh Pak Edi, gimana sistem pembelajaran yang digunakan oleh Pak Edi ini enak atau enggak. Pak Edi ini sistemnya agak berbeda daripada sistem dosen pada umumnya. Biasanya pada saat pembelajaran kita disuguhkan dengan banyak materi atau pun banyak tugas. Tetapi berbeda dengan Pak Edi, beliau tidak pernah memberikan materi yang banyak, yang kadang itu justru membuat kita tidak paham. Justru beliau  mengajarkan kita untuk dapat langsung terjun pada bidang yang dibahas saat itu. Agar kita dapat memahami betul materi itu lewat praktek bukan hanya materi saja.

Biasanya kita setiap minggunya ditugaskan untuk membuat artikel yang temanya ditentukan oleh pak Edi sendiri. Kita disuruh untuk mewawancarai orang yang memahami betul pada bidangnya. Contoh saja kemarin kita ditugaskan untuk membahas tentang budaya yang ada disekitar kita, kita harus mewawancarai orang yang ada didalam budaya tersebut. Dari itu kan kita dapat belajar sendiri dari apa yang kita tanyakan dan apa yang kita lihat, disini pasti otak kita bekerja, kita pasti bertanya-tanya tentang kebudayaan ini, rasa keingintahuan kita muncul begitu besar. Disini otak kita akan berkembang bukan? Dari pada kita hanya mendengarkan materi yang sangat banyak tetapi tidak ada satu pun yang nyatol diotak, ya itu sama aja bohong kan? Biasanya kita kalau disuguhkan materi tuh bawaannya tambah malas untuk memikirkannya.

Aku dulu awalnya sih tertekan banget dengan tugas membuat artikel ini, karena aku sendiri gak punya basic menulis sama sekali, dan aku gak pinter merangkai kata-kata yang baik. Apalagi ditambah minimal 800 kata. Dilihat dari angkanya saja itu sangat banyak. Aku benar-benar bingung banget mau mulai dari mana nulisnya. Terkadang kita berfikir ini mau bahas apa aja 800 kata cobak... tetapi pak Edi memberikan batas ini bukan cuma-cuma. Ini bertujuan agar kita bertanggungjawab dengan apa yang diperintahkan. Agar kita dapat terbiasa juga dengan bagaimana penulisan dengan benar itu. Karena kita menulis artikel ini berkali-kali, kita sediki-sedikit dapat belajar bagaimana cara menyusun kata-kata yang baik. Awal kita mikir 800 kata itu kayak gak selesai-selasai, beda lagi dengan kita yang sudah berkali-kali membuat artikel, 800 kata tuh udah kelihatan sedikit, kayak gak kerasa aja gitu tiba-tiba udah 800 kata aja dan terkadang kalau kita sudah asik dengan materi itu sampek 1000 kata pun gak akan terasa sama sekali. Itu semua kita bisa karena kita terbiasa. Emang semua itu bisa karena terbiasa. Cobak aja kalau tidak dibiasakan pasti tidak akan bisa kita membuat artikel yang banyak ini. Nah dari artikel ini kita dapat mempelajari sebuah materi dengan sendirinya. Kita dapat mencurahkan pengetahuan kita secara lagsung pada artikel-artikel yang telah kita buat selama ini. Agar orang-orang juga dapat mengetahui pengetahuan baru dari apa yang kita tulis. Terkadang kita memiliki kendala sih saat penulisan, tidak semuanya berjalan denga lancar. Terkadang agak susah mencari pembahasan yang sesuai dengan topik. Atau juga kendala dalam mencari sumber wawancara. Kita membutuhkan waktu untuk terjun langsung pada sumber materi itu. Tidak hanya itu saja, kadang kita juga bertarung sama mood kita sendiri.kalau saat mood kita hancur tidak akan bisa berfikir untuk melanjutakan artikel.

Beliau juga sering mengingatkan kita, bahwa tulisan yang baik itu yang murni atas pemikiran kita, bukan yang asal copy paste saja. Bener copy paste itu tulisannya baik, tetapi dimata beliau itu sangat jelek dari pada murni hasil karya kita tetapi tidak bagus.

Walaupun kerjaan kita menulis artikel terus, tapi pak Edi tidak melupakan pembelajaran secara meet. Beliau kadang sesekali mengadakan meet untuk menanyakan apa yang ingin kita ketahui. Bener-bener beliau tidak memberikan materinya secara langsung beliau menyuruh kita berfikir sendiri agar kita dapat memahaminya secara langsung. Kita harus dapat berfikir secara kritis.

Aku sangat beruntung pernah mengikuti kelas Pak Edi, karena disini saya dapat mengembangkan penulisan saya, yang awalnya tidak memiliki basic sama sekali, setidaknya sekarang bisa sedikit-sedikit lah... walau terkadang masih agak tidak jelas dalam penulisannya. Dan saya berharap hasil karya menulis saya ini dapat bermanfaat bagi orang yang membacanya. Dan saya juga ingin berterimakasih kepada Pak Edi yang selama ini telah membimbing kita dalam menulis artikel. Terimaksih atas ilmu yang beliau berikan kepada saya yang sangat bermanfaat ini. Semoga Pak Edi diberikan kesehatan, keberkahan, dan lindungan Allah SWT. Sekian yang dapat saya tulis, terimakasih buat kalian semua yang telah membaca artikel aku selama ini, sampai jumpa...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline