Lihat ke Halaman Asli

Nurul Isrofiyani

Semoga Bermanfaat

Mengelola Perilaku Peserta Didik Berkebutuhan Khusus

Diperbarui: 11 Juli 2021   00:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perilaku adalah bertindak atau bermaksud dengan cara tertentu (webster new ideal distionary). Perilaku dapat berupa gerak reflek yang tidak direncanakan (kedipan mata), memiliki tujuan (menyapa orang), gerak tubuh sederhana (seperti ketika duduk) sampai dengan gerakan kompleks ( menari, drama)

Bagaimana perilaku anak yang berkubutuhan khusus?

Hampir semua yang ditulis oleh guru tentang perilaku anak berkebutuhan khusus adalah perilaku negatif. Padahal tidaak semua perilaku anak berkebutuhan khusus itu negatif. Namun yang menjadi perhatian guru untuk ditindak lanjuti adalah perilaku yang tidak sesuai ditinjau dari kualitasnya. Cara yamg paling mudah untuk melakuakn skrening pada anak kebutuhan khusus adalah melihat perilakunya. Karena itu penting untuk mendriskripsikan perilaku anak karena akan mempengaruhi aktifitas belajar mengajar. Setiap kali bertanya kepada guru reguler maka pendapat mereka selalu mengarah pada perilaku anak berkebutuhan khusus yang tidak bisa diterima.

Tidak ada perilaku yang baik dan buruk, namun kualitasnya dapat ditentukan dengan faktor usia, waktu, dan tempat perilaku itu muncul. Contohnya pada anak ABK yang suka meluda di kelas dan menyikat gigi dengan memakan pasta sikat giginya, maka yang perlu dilakukan adalah menghentikan perilaku meludah dikelas namun meningkatkan meludah saat menggosok gigi.

Fokus guru terhadap anak yang berkebutuhan khusus:

  • Meningkatkan perilaku yang kurang (deficit) perilaku devicit adalah perilaku yang diharapkan dapat bisa dimunculkan oleh peserta didik tetapi tidak muncul. Contohnya yaitu seorang anak berusia 10 tahun tidak bisa mengancingkan bajunya sendiri, sehingga dikatakan mempuinyai deficit behavior.
  • Mengurangi perilaku yang berlebihan/ excess behavior. (perilaku yang tidak seharusnya muncul tetapi muncul).

Asumsi Dalam Perilaku

Perilaku merupakan sesuatu yang dipelajari, tidak permanen namun dapat dilatih, diajarkan dan dapat diubah atau dimodifikasi. Sebagian besar perilaku merupakan hasil dari rangsangan tertentu. Misalnya pada saat ada nyamuk mengigit, maka orang akan menghindar ataupun memukulnya. Pada anak yang memiliki gangguan perilaku maka pengelolaannya haruslah spesifik sesuai kebutuhan anak. Untuk memodifikasi perilaku yang diprogramkan oleh guru disesuaikan pada kondisi dan lingkungan anak.

Prinsip Dasar Perilaku

1. Perilaku lemah ( Behavioral Deficit)

Seseorang peserta didik memiliki perilaku lemah jika ia gagal dalam menumjukan sesuatu perilaku yang dianggap sesuai dengan usia tertentu, waktu dan tempat. Pada pemberian yang langsung peserta didik gagal merespon dengan tepat meliputi :

  • Frekuensi yang diinginkan
  • Intensitas yang mencukupi
  • Dalam belum yang tidak wajar
  • Terjadi pada kondisi sosial yang umumnya diterima

2. Perilaku berlebihan

  • Perilaku berlebihan muncul diwaktu dan ditempat yang tidak tepat, namun tidak hanya anak ABK saja yang mengalami perilaku berlebihan jadi tidak berbahaya hanya saja berbahaya hanya saja yang membedakan adalah intensitas berapa banyak, dan durasi berapa lama
  • Perilaku yang membutuhkan penanganan itu seperti apa?
  • Secara terus menerus mempengaruhi proses belajar
  • Mempengaruhion proses belajar anaka lain
  • Mengganggu kelas dan menyulitkan proses belajar
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline