Lihat ke Halaman Asli

Nurulis

We'll make it through

Penanam Padi

Diperbarui: 1 Juli 2022   14:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto : Istimewa

Diantara genangan lumpur. Tubuh dan kakimu mencebur. Becek, kotor dan basah tercampur. Apa engkau merasa mujur ? Atau terpukul ? Karena masih harus bergelut dengan gempitanya dunia. Bersusah mencari nafkah. Di usia senja. 

Tentu saja tidak. Semangatmu tak pernah patah. Bertanam padi dengan hati riang. Sesekali mengusap peluh mengenang. Di sela-sela caping bundar. 

Di bibirnya tersungging senyum cemerlang. Seperti senyum pepsodent di iklan. Hmmm....sungguh Ibu penanam padi, engkau masih terlihat menawan. Dan yang jelas adalah juga pahlawan. Biar tak kenamaan. Tidak juga di kenal. 

Satu persatu padi engkau tanam. Badan membungkuk dan tangan berkubang. Kaki mundur teratur sesuai larikan. Tak takut jatuh meski tak lihat ke belakang. Hebat kan ? 

Ibu penamam padi. Untung sekali ada engkau yang rela hati. Berkubang di lumpur tiap musim tanam. Biarpun karena faktor kerjaan. Tapi karena jasamu semua orang jadi tak kurang pangan. 

Meskipun harus di bayar mahal. Sakit pinggang di waktu malam. Tak mengapa karena ada suami tersayang. Yang berdedikasi tinggi. Siap jadi tukang pijit. Sehingga engkau tak perlu bersakit. Dan besok pagi sehat kembali. Berkubang di lumpur bersama Dewi Sri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline