Punggung itu. Yeah, punggung itu. Yang kini tiada lagi tegak berdiri. Karena terlampau berlebih beban menemani. Kini bertambah beban satu lagi.
Tumpukan ranting kering turut menggayuti. Dengan seikat tali serabut di leher melingkari. Demi apakah? Sesuap nasi atau sekedar menghibur diri? Menawarkan rasa sepi ? Karena tiada anak cucu mengiringi?
Yeah, begitulah alur duniawi. Tak pernah lepas dari beban dan problema yang menghimpit. Atau kepiluan yang bikin sakit. Sebelum bumi seukuran panjang jasmani menjepit.
Nenek pencari kayu bakar. Tak surutpun semangatmu berkobar. Mengais rejeki mengurai lapar. Adakah sedikit jua rasa gentar? Oh.....tentu saja tidak ! Beranimu, tekadmu mengalahkan anak muda yang tengah jatuh cinta di usia belasan.
Biarpun berteman dalam senyap. Tak usang dalam hikayat. Antusiasmu tak pernah tamat. Meski kekuatan ragamu tak lagi bersahabat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H