Lihat ke Halaman Asli

Nurulis

We'll make it through

Cerpen: Pekik Merdeka di Ujung Bambu Runcing

Diperbarui: 18 Agustus 2021   12:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : boombastis.com

"Merdeka atau mati."

"Aku ingin mati ", teriak Sastro keras. Tomo segera membekap mulut temannya itu dan menarik tubuhnya ke balik semak.  

Mereka sedang mengintai di kamp musuh, tindakan Sastro bisa berakibat fatal.  Mati konyol.  

"Boleh mati,  tapi tidak mati konyol juga."

Tomo tahu perasaan temannya. Sastro pasti sangat sedih. Sudah tidak ada harapan hidup karena kekasih hatinya telah di renggut secara paksa kehormatan dan hidupnya oleh tentara sekutu.  

Tapi mereka pejuang tidak boleh menyerah semudah itu kepada penjajah. 

"Kita harus rebut kamp dan senjata mereka. Jangan menyerah sebelum berperang !"

Tomo dengan semangat berapi-api. Berusaha membangkitkan semangat Sastro yang sudah hampir padam.  

Perjuangan belum akhir.  Sastro akhirnya menyadari.  Kekasih hatinya akan bersedih kalau melihat dia berputus asa. 

Dengan bermodalkan senjata bambu runcing di tangan, menetapkan hati untuk berjuang demi negaranya sekaligus demi kekasih hatinya, Surti.  

Keduanya berjalan mengendap-endap mendekati kamp sekutu.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline