Lihat ke Halaman Asli

Orang Yogya, Mari Maafkan Florence

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ternyata, Florence Sihombing (Flo) benar-benar telah membuat “orang yogya” terluka. “Orang Yogya” sangat sedih dan sakit hati. Masalahnya, Flo memaki dan menghina Orang Yogya, bukan Yogya dalam arti tempat dan instansi. Orang Yogya adalah mereka yang lahir di Yogya, besar di Yogya, termasuk juga pendatang. Orang Yogya adalah mereka yang tinggal di kota, tinggal di desa, petani, peternak, pedagang, PNS, mahasiswa, dan pelajar. Orang Yogya adalah mereka yang tidak kenal Flo, belum pernah bertemu Flo, dan Flo juga tidak mengenal mereka. Orang Yogya itulah yang disebut Flo miskin, tolol, tidak berbudaya, dan bangsat.

Mereka bertanya, “Apa salah kami kepadamu Flo?” Jangankan kenal, bertemu saja kita tidak pernah. Tidak mengapa kamu menyebut kami miskin, jika yang kamu mangsud sekedar miskin harta, bukan miskin lainnya. Tapi, bagaimana kamu bisa menyebut kami  tolol, tak berbudaya, dan bangsat? Kamu menyebut Orang Yogya, Flo, bukan sekedar tempat. Kami ini rakyat kecil biasa sepertimu, yang punya hak dan kewajiban yang sama sepertimu. Kami akan mengerti dan maklum jika kami ini adalah penyelenggara pemerintahan yang memang wajib melayani dan melindungimu.

Setidaknya, begitulah gambaran rintihan Orang Yogya atas hinaan yang diberikan Flo. Sebagaimana curhat teman-teman Orang Yogya di media social, di telepon seluler, maupun di “darat”. Kemudian mereka tidak mengerti dengan sederetan orang yang bagi mereka “sok bijak” membela Flo ketika Flo dipenjara. Mereka membela Flo, mereka mengasihani Flo, lantas bagaimana dengan perasaan kami?

Menurutku, bukannya Orang Yogya anti kritik, bukan. Orang Yogya merasa Flo tidak mengkritik mereka, tapi sekedar mencaci-maki yang tidak ada substansinya.

Memang benar, hak Flo untuk mengatakan apa saja, hak Flo untuk berpendapat apa saja, dalam konteks Flo sebagai warga Negara. Tetapi Flo sebagai anggota masyarakat, ia wajib menghormati anggota masyarakat lainnya, yaitu Orang Yogya. Hak Orang Yogya untuk dihormati Flo. Hal ini karena konteks Flo mencaci-maki adalah ia sebagai anggota masyarakat, dan yang dicaci-maki adalah Orang Yogya, sesama anggota masyarakat, bukan aparat.

Orang Yogya, Flo sudah dibuli habis-habisan di dunia maya. Benar, Flo sepertinya tidak mempan dengan bulian itu. Tapi, dia sudah merasakan dinginnya penjara selama 2 hari. Flo juga akan mendapatkan sanksi dari kampusnya. Phak kampus UGM tempat Flo belajar juga berjanji akan mendidik Flo dengan baik. Mari kita maafkan Flo, kita beri kesempatan buat Flo untuk bisa saling menghargai hak dan kewajiban bermasyarakat.

Orang Yogya, mereka yang membela Flo bukannya tidak berempati dengan kita. Mereka hanya ingin menyelamatkan Flo dari kejamnya UU ITE, karena jika Flo terkena pasal U ITE, Flo terancam 6 tahun penjara. Hukuman yang terlalu berat bukan? Hal ini terlepas dari adanya beberapa pihak yang mengira bahwa caci-maki Flo adalah untuk Yogya sebagai tempat atau pemerintahan, bukan untuk Orang Yogya.

Oke, kita cukupkan sanksi buat Flo. Balasan caci-maki di media sosial, intimidasi, penjara 2 hari, dan sanksi dari kampus. Betul, Flo yang salah, Flo yang memulai. Tapi sudahlah, tidak perlu dibalas berlebihan. Tidak baik mendendam.

Orang Yogya ramah, Orang Yogya baik, Orang Yogya pemaaf. Mari kita maafkan Flo, kita doakan semoga dia bisa lebih baik. Mungkin lebih baik lagi jika Flo bersilaturahmi ke desa-desa, atau adakan acara khusus gathering bersama Flo, agar Flo bisa lebih mengenal Orang Yogya yang dia anggap tolol, tak berbudaya, dan bangsat itu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline