Namaku Gandhari, umurku 25 tahun ketika masih hidup. Aku berprofesi sebagai sinden muda yang tampil di pagelaran wayang kulit ketika masih hidup. Sekarang aku hanya menjadi hantu gentayangan yang sering bertengger di pohon-pohon. Orang biasa menyebutnya kuntilanak. Kalau kalian ingin tahu, bagaimana aku bisa meninggal? Dan mengapa aku bisa gentayangan? Semua ini disebabkan oleh Lurah Bari. Semasa hidup aku menjadi wanita simpanan lurah Bari. Lurah kaya raya dan disegani penduduk desa. Dia masih muda, umurnya hanya berjarak 4 tahun denganku. Dia terpesona dengan kecantikan dan suara merduku saat pertama kali bertemu denganku di pagelaran wayang kulit.
Masih basah dalam otakku saat pertama kali lurah Bari bertemu denganku. Dia terus memandangku semenjak aku datang di pagelaran. Dia pun menikmati lagu lingsir wengi yang kunyanyikan saat itu. Usai pagelaran, dia mendatangiku dan mengajakku mengobrol panjang lebar. Dia juga bercerita kepadaku bahwa dia tidak bahagia hidup bersama istrinya yang tak kunjung memberikannya keturunan. Aku pun iba mendengar ceritanya. Sejak saat itu kami sering bertemu dan berbincang-bincang jika bertemu di pagelaran wayang kulit. Sampai pada akhirnya dia mendatangi rumah kontrakanku dan merayuku dengan mulut buayanya. Dia menggodaku sampai aku benar-benar jatuh dalam pelukannya.
Masih basah juga dalam ingatanku saat hari ulang tahunku, Lurah Bari memberikanku berbagai macam hadiah. Dia memberiku baju baru, sepatu baru, dan tentunya berbagai macam perhiasan emas. Wanita mana yang tidak suka diperlakukan seperti itu? Aku menerima semua hadiah dari Lurah Bari itu dengan senang hati. Dia juga memberiku uang, katanya itu saweran. Sebagai imbalannya aku menyanyikan gendhing selendang sutra kuning untuknya. Dia pun sangat menyukainya. Aku senang melihatnya terhibur oleh suaraku. Dia pun mendekatkan tubuhnya padaku. Dia merayuku lagi, menciumku dan pada akhirnya kami bercinta. Bahkan kami melakukannya lebih dari satu kali. Aku telah menyerahkan keperawananku pada laki-laki biadab itu.
Puncak permasalahan pun terjadi ketika aku telat datang bulan. Dan ternyata aku telah mengandung tiga bulan hasil buah cintaku bersama lurah Bari. Saat itu aku bingung apa yang harus aku lakukan. Aku menangis, aku takut di cap sebagai perempuan perebut suami orang oleh tetangga. Terlebih aku hanyalah wanita simpanan lurah Bari. Karena bingung aku menelepon lurah Bari. Dia pun datang kepadaku. Dia duduk di sofa ruang tamu. Aku membuatkannya kopi hitam kesukaannya. Dia pun meminum sedikit demi sedikit kopi hitam yang asapnya masih mengepul itu. Lalu aku duduk di sampingnya. Aku mengumpulkan keberanian untuk mengatakan apa yang telah terjadi padaku saat ini. Aku sangat berharap dia akan memamahami situasi ini dan akan melakukan yang terbaik untukku. Semoga dia mau bertanggung jawab.
"Aku hamil mas." kataku sambil meneteskan air mata.
"Apa? Kamu hamil?"
"Iya, aku sudah mengeceknya. Kamu lihat sendiri ada dua garis." Aku mengeluarkan test pack dari kantong bajuku yang sudah kupersiapkan sebelumnya.
"Dua garis, artinya positif." Aku mengulanginya lagi.
"Kamu benar-benar hamil?"
"Iya." jawabku singkat. Tenggorokanku terasa panas untuk barkata banyak.
Lurah Bari telihat kebingungan. Sedangkan aku masih menangis dan ketakutan. Tiba-tiba lurah Bari menatapku dalam. Ia meraihku dalam pelukannya.