[caption id="attachment_321348" align="aligncenter" width="300" caption="Dunia Fantasi"][/caption]
Dunia Fantasi (Dufan) - Pertama kali saya mengenalnya dari Ibu Titi, seorang guru kesenian saya waktu di bangku SMP, puluhan tahun silam. Waktu itu sekolah kami akan mengadakan study tour setelah kelulusan. Bu Titi menceritakan tentang wahana wahana yang ada di Dufan. waktu itu kami hanya bisa mendengarkannya sambil terkagum kagum, maklum sekolah kami di kampung, dan diantara kami belum satupun yang pernah pergi ke Dufan. Bu Titi terus membuai kami dengan cerita cerita seru tentang Dufan, seperti serunya memasuki wahasa istana boneka, wahana rama shinta, kereta hantu, dan yang paling menarik adalah wahana film 3 dimensi. Menurut bu Titi, jika kita nonton film itu, kita seperti ikut masuk ke dalam cerita film dan menjadi pemainnya. Misalnya jika ceritanya naik pesawat, maka kita akan merasakan seperti naik pesawat beneran. Aku semakin penasaran dibuatnya. Otakku langsung berfantasi andaikan aku ke Dufan, mimpiku bisa naik pesawat betulan akan menjadi kenyataan, begitu batinku berlogika. Saat itu aku merasakan kalo Dufan benar benar dunia fantasi, sebab baru mendengar cerita saja aku sudah berfantasi.
Namun sangat disayangkan, saat itu jangankan aku bisa merasakan serunya Dufan, untuk pergi ke Jakarta saja sepertinya tidak mungkin, sebab keterbatasan ekonomi dan akses ke sana. Namun kisah mengenai Dufan oleh bu Titi benar benar mendarah daging, hingga aku berkeyakinan suatu saat nanti aku bisa kesana entah kapan. Singkat cerita study tour pun dilaksanakan, dan aku hanya bisa mendengar cerita serunya teman-teman bermain di wahana Dufan. Sementa aku cuma bisa mengubur fantasiku menikmati serunya Dufan, karena aku tidak bisa ikut acara study tour.
Hari berganti, bulan berlalu, dan tahun pun berputar. Tak terasa aku sudah memasuki jejang akhir sekolah menengah kejuruan. Salah satu kewajiban siswa SMK di tahap akhir adalah melakukan praktek kerja lapangan (PKL), tak terkecuali aku. Aku termasuk siswa yang beruntung, sebab bisa melaksanakan PKL di Bekasi. Sebuah perusahaan asing merekrut beberapa siswa untuk bisa melaksanakan PKL di tempatnya, dan aku termasuk salah satu yang terpilih (yeeey..!). Akupun merasakan tinggal di Bekasi beberapa bulan. Dan secara kebetulan, saat perusahaan tempatku PKL ultah, aku diajak ikut merayakannya, secara kebetulan juga acaranya dilaksanakan di Dunia Fantasi (Dufan). Saat itu fantasiku untuk menjelajah dunia fantasi waktu di bangku SMP kembali terbangun dari tidur lamanya. Sesampainya di Dufan, aku pun segera merealisasikan semua yang pernah kudengar lewat cerita manis ibu Titi beberapa tahun silam, saat itu aku merasa kalo cerita ibu Titi baru saja aku dengarkan kemarin dan langsung aku buktikan kebenaran ceritanya. Sungguh saat itu aku merasa mendapatkan mimpi yang menjadi kenyataan.
[caption id="attachment_321355" align="alignleft" width="300" caption="Istana Boneka"]
[/caption]
Aku puas merasakan serunya menelusuri istana boneka, sepanjang jalur istana, disuguhkan boneka miniatur yang menggambarkan keanekaragaman suku dan pakaian adat masing-masing daerah di Indonesia dan Negara-negara di dunia. Tour istana boneka menggunakan perahu karet berpenumpang 6 orang dengan mengikuti aliran air. Memasuki istana boneka seolah kita sedang melakukan tour keliling dunia dan bertemu dengan penduduk asli masing masing Negara, sepanjang perjalanan menjelajah istana kita disuguhi dengan alunan lagu kebangsaan masing masing Negara dan lagu daerah. Sungguh pengalaman pertama yang sangat berkesan, bahkan sepulang dari Dufan pun lagu lagu kebangsaan yang diputar di istana boneka masih terngiang.
[caption id="attachment_321356" align="alignleft" width="300" caption="Rama Shinta"]
[/caption]
Selain istana boneka, wahana Rama Shinta tak kalah menarik dan membuat saya berdecak kagum. Saat memasuki wahana ini, kita dipaksa masuk ke zaman perang antara pasukan Hanoman dengan pasukan Rahwana. Cerita penculikan dewi Shinta dan perebutan tahta kerajaan dibuat agar pengunjungnya menjadi bagian dari cerita itu. Pengunjung menaiki perahu dengan aliran sungai yang memasuki area pertunjukan segmen demi segmen. Saat perahu melintasi satu area segmen cerita, saat itu pula cerita berjalan, boneka boneka raksasa dengan raut tokoh cerita Rama Shinta pun mulai bergerak membentuk cerita legenda Rama Shinta. Boneka raksasa akan behenti begerak saat perahu meninggalkan area untuk menuju ke area panggung berikutnya. Begitu seterusnya hingga segmen cerita berakhir dengan kemenangan berada di pihak Sri Rama.
Belum sirna takjub saya dengan campuran teknologi, ide, dan idealisme yang tercurah di wahana Rama Shinta, selanjutnya saya memilih untuk membuktikan cerita ibu Titi mengenai wahana film 3 dimensi atau 3D. Setting di wahana ini mirip seperti bioskop. Bedanya layar bioskop dibuat mengisi seluruh cakrawala pandang kita. Setelah penonton memasuki ruangan dan duduk di kursinya, lampu ruangan pun diredupkan, dan pemutaran film 3D dimulai. Pandangan mata tertuju pada langit langit ruangan yang berubah menjadi cakrawala. Cerita film nya sama persis dengan cerita ibu Titi. Seluruh penonton di ajak untuk menjelajah dengan pesawat terbang jenis capung. Hembusan angin, getaran cockpit, dan bisingnya mesin pesawat langsung menyihir seluruh penonton film untuk memasuki alam 3 dimensi. Saya merasakan sensasi baru yang luar bbiasa yang seumur hidup baru pernah saya dirasakan, saat pesawat take off dan landing benar benar bisa saya rasakan. Penasaran dengan reaksi penonton lain, sayapun melihat ekpresi mereka dengan tengok kiri dan kanan. Tapi justru yang ada saya malah tersenyum geli, sebab efek getaran itu ternyata bersumber dari getaran kursi masing masing penonton, dan hembusan angin ternyata berasal dari kipas raksasa, serta bisingnya suara mesin pesawat hanyalah efek surround system dan tata suara yang didesain sedemikian rupa. Ternyata semuanya hanya fantasi saja. Namun begitu saya kagum dengan seni fantasi yang ada di film 3D, penggabungan teknologi dan seni menghasilkan karya yang membuat saya takjub.
Puas membuktikan cerita ibu Titi tentang film 3D, saya membuktikan cerita beliau lagi mengenai Dufan, wahana selanjutnya yang tak kalah membuat saya penasaran dan ingin mencobanya adalah wahana Kereta Malam.
Dari namanya yang berbau horror, seperti yang diceritakan ibu Titi beberapa tahun silam, kereta malam mengajak pengunjung Dufan untuk berwisa malam yang beraroma horror. Saat kereta berjalan, kita bersiap siap untuk diganggu oleh makhluk makhluk yang menakutkan. Dan cerita ibu Titi terbukti untuk kesekian kali. Saat tempat duduk kereta sudah penuh dan lonceng malam dibunyikan, kereta pun mulai berjalan menyusuri lorong lorong gelap, dengan aroma menyan dan kembang melati yang sangat menusuk hidung, ditambah dengan lolongan anjing malam. Petualangan pun dimulai…, Tiba tiba dari arah kanan muncul kuntilanak dengan dandanan yang menyeramkan, sementara disebelah kanan berdiri dua pocong yang menakut nakuti penumpang kereta. Kemunculan mereka (meski hanya jadi jadian) membuat kaget para penumpang kereta. Ekspresi ketakutan terlihat dari para penumpang, terutama penumpang wanita, sementara saya sibuk mengamati kereta berjalan, bentuk kuntilanak, dan yang membuat saya penasaran adalah semburan asap dan aroma wewangian yang menambah kesan angker. Saya takjub dengan desain wahana kereta malam yang terkesan “hidup” dan “berhasil” membangkitkan fantasi bagi siapa saja yang mengunjunginya.
Selain wahana-wahana yang saya ceritakan berdasarkan cerita bu Titi, Saya pun puas mengeksplore seluruh wahana yang ada, diantaranya : Kora-kora, kincing angin, ontang-anting, halilintar, komedi putar, rumah miring, rumah kaca, dan puluhan wahana lainnya. Ternyata masih banyak wahana wahana lain yang tak kalah menarik dan tak sempat diceritakan oleh bu Titi waktu itu.
Akhir kunjungan di Dufan, dalam perjalanan pulang menuju Bekasi, seru nya Dufan masih terngiang, dan ingin rasanya suatu saat nanti saya ke Dufan bersama saudara dan keluarga, mewujudkan mimpi #inidufankami. Saya berkesimpulan, Dufan memang benar benar #NeverEndingFun dan#MemorableMoment. Menulis dan bercerita tentang Dufan, tiba-tiba saya jadi kangen ingin mengunjunginya lagi dan mencoba wahana wahana baru yang lebih menantang.
Cerita dan tulisan ini saya daftarkan dalam kompetisi blog “Ini Dufan Kami” yang diselenggarakan oleh Dufan - Taman Impian Jaya Ancol.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H