Lihat ke Halaman Asli

Hari Santri Nasional: Resolusi Jihad para Ulama

Diperbarui: 22 Oktober 2024   22:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hari Santri Nasional yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober memiliki makna yang mendalam bagi sejarah bangsa Indonesia. Peringatan ini tidak hanya menjadi momen untuk mengapresiasi para santri, tetapi juga mengenang peran penting para ulama dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, terutama melalui Resolusi Jihad yang dilakukan oleh KH. Hasyim Asy'ari dan para ulama.

Lahirnya Hari Santri tidak lepas dari peran besar para santri dan ulama pesantren dalam memperjuangkan serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sejak masa penjajahan, mereka berjuang melawan kolonialisme melalui berbagai cara, baik perlawanan fisik maupun intelektual. Para santri dan ulama juga ikut menyebarkan nilai-nilai Islam yang membawa rahmat bagi seluruh alam, bersifat toleran, moderat, dan inklusif. Salah satu peristiwa penting yang menjadi dasar penetapan Hari Santri adalah Resolusi Jihad yang disampaikan oleh KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), di Kampung Bubutan, Surabaya, pada 22 Oktober 1945.

Pada akhir tahun 1945, setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, situasi di Tanah Air masih jauh dari aman. Belanda, yang berusaha kembali menjajah Indonesia dengan memperkuat pasukan Sekutu, menghadirkan ancaman serius bagi warisan bangsa yang baru saja diproklamasikan. Di tengah situasi seperti ini, para ulama merasa perlu mengambil sikap tegas dalam menjaga kemerdekaan.

Resolusi jihad merupakan seruan bagi umat Islam untuk berjihad melawan tentara Sekutu yang berupaya menjajah kembali wilayah Republik Indonesia pasca Proklamasi Kemerdekaan. Dalam sejarah, santri bersama pejuang lainnya memainkan peran penting dalam mempertahankan kedaulatan negara. Beberapa tokoh penting yang berjuang mempertahankan NKRI antara lain: KH Hasyim Asy'ari dari NU, KH Ahmad Dahlan dari Muhammadiyah, A Hassan dari Persis, Abdul Rahman dari Matlaul Anwar, serta Ahmad Soorhati dari Al Irsyad. Banyak pula anggota Pembela Tanah Air (PETA) yang berasal dari kalangan santri.

Di Jakarta, upacara peringatan Hari Santri Nasional berlangsung khidmat di halaman Kantor Kementerian Agama. Menteri Agama, yang bertindak sebagai inspektur upacara, menyampaikan pentingnya peran santri di masa lalu dan masa kini dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peringatan Hari Santri Nasional tidak hanya mengenang sejarah perjuangan, namun juga menegaskan kembali peran santri dalam pembangunan bangsa. Di era globalisasi, santri diharapkan menjadi garda terdepan dalam melawan perlawanan modern seperti radikalisme, intoleransi, dan ketimpangan sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline