Lihat ke Halaman Asli

Game Changer untuk UMKM : Profit Maksimal dengan Metode ABC (Activity-Based Costing)

Diperbarui: 11 Desember 2024   21:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah motor penggerak utama perekonomian Indonesia. Dengan kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan penciptaan lapangan kerja, UMKM menjadi sektor penting yang mendukung stabilitas ekonomi nasional. Namun, keberhasilan UMKM menghadapi tantangan besar, terutama dalam pengelolaan biaya. Salah satu permasalahan utama adalah penggunaan metode tradisional dalam pengalokasian biaya. Kebanyakan UMKM masih menggunakan metode pembagian biaya overhead yang tidak mencerminkan konsumsi aktual sumber daya oleh masing-masing produk atau aktivitas. Pendekatan tradisional ini menghasilkan distorsi dalam penghitungan biaya per unit, yang pada akhirnya memengaruhi harga jual dan profitabilitas. Selain itu, banyak UMKM yang belum memiliki pemahaman yang mendalam tentang pentingnya akuntansi manajemen dalam pengambilan keputusan strategis. Hal ini diperburuk dengan keterbatasan sumber daya manusia, teknologi, dan akses terhadap pelatihan yang relevan.

Dengan kondisi tersebut, UMKM sering kali kalah bersaing dengan perusahaan besar yang memiliki keunggulan dalam efisiensi operasional. Metode activity-based costing (ABC) hadir sebagai solusi inovatif yang dapat membantu UMKM mengatasi permasalahan tersebut. ABC menawarkan pendekatan penghitungan biaya yang lebih akurat dengan menitikberatkan pada aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam proses produksi. Dengan menggunakan ABC, UMKM dapat mengidentifikasi aktivitas yang memberikan nilai tambah, mengurangi pemborosan, dan meningkatkan efisiensi operasional.

Tokoh yang diangkat dalam artikel ini adalah seorang pengusaha UMKM di sektor pangan di Boyolali, bernama Ibu Siti Romlah. Sebagai pemilik bisnis menengah yang menghadapi persaingan ketat, Ibu Siti memiliki visi untuk meningkatkan daya saing produknya melalui pengelolaan biaya yang lebih baik.

Sebelum menerapkan metode ABC, Ibu Siti Romlah merasa kesulitan menentukan harga jual produknya karena biaya overhead yang tidak jelas. Banyak aktivitas dalam proses produksinya, seperti pemotongan dan penggorengan, yang tidak terukur secara akurat.

Dengan metode ini, Seharusnya Ibu Siti mampu memetakan aktivitas yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan, seperti ukiran detail pada produknya, dan mengurangi aktivitas yang tidak efisien.

Masalah utama yang menjadi fokus dalam tulisan ini adalah ketidakefisienan pengelolaan biaya pada UMKM yang sering kali menyebabkan rendahnya profitabilitas. Beberapa masalah yang diidentifikasi adalah:

  1. Pengalokasian Biaya yang Tidak Akurat
    Penggunaan metode tradisional yang membagi biaya overhead secara merata tanpa mempertimbangkan konsumsi aktual sumber daya menghasilkan distorsi biaya. Akibatnya, UMKM kesulitan menentukan harga jual produk yang kompetitif dan sesuai dengan pasar.
  2. Minimnya Pemahaman tentang Aktivitas yang Bernilai Tambah
    Banyak UMKM yang tidak menyadari bahwa tidak semua aktivitas dalam proses produksi memberikan nilai tambah bagi pelanggan. Misalnya, aktivitas inspeksi ulang sering kali menjadi pemborosan yang sebenarnya dapat dihindari dengan meningkatkan kualitas sejak awal.
  3. Keterbatasan Sumber Daya Teknologi dan Pengetahuan
    UMKM umumnya memiliki keterbatasan dalam akses terhadap teknologi modern yang dapat mendukung penerapan metode seperti ABC. Selain itu, kurangnya pelatihan dan pengetahuan tentang akuntansi manajemen menjadi hambatan utama dalam adopsi metode ini.
  4. Kurangnya Data yang Mendukung Pengambilan Keputusan
    Ketiadaan data biaya yang akurat membuat UMKM sulit untuk mengambil keputusan strategis, seperti menentukan produk mana yang menguntungkan atau aktivitas mana yang harus dihentikan.

Menurut penulis, penerapan metode ABC adalah langkah strategis yang dapat membantu UMKM mengatasi tantangan pengelolaan biaya. ABC tidak hanya memberikan gambaran yang lebih akurat tentang konsumsi sumber daya, tetapi juga membantu UMKM mengenali aktivitas yang bernilai tambah.

Namun, implementasi metode ini memerlukan komitmen yang kuat dari manajemen UMKM. Selain itu, dukungan dari pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor swasta sangat diperlukan untuk menyediakan pelatihan, pendampingan, dan teknologi yang terjangkau. Dengan kerja sama yang baik, UMKM di Indonesia dapat memanfaatkan potensi penuh dari metode ABC untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing mereka

Artikel ini ditujukan bagi pemilik UMKM, mahasiswa akuntansi, konsultan bisnis, serta pihak yang tertarik untuk mempelajari lebih dalam tentang manajemen biaya. Dengan memahami strategi pengelolaan biaya, pembaca diharapkan dapat mengambil langkah nyata untuk meningkatkan efisiensi dan profitabilitas usaha.

Kesimpulannya, strategi pengelolaan biaya berbasis akuntansi manajemen merupakan pendekatan yang sangat relevan untuk membantu UMKM mencapai tujuan finansial mereka. Dengan menggunakan alat seperti analisis biaya-volume-laba, pengendalian anggaran, dan sistem pengukuran kinerja, pelaku UMKM dapat mengidentifikasi sumber pemborosan dan mengoptimalkan alokasi sumber daya.

Namun, keberhasilan implementasi strategi ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Pemilik usaha perlu proaktif dalam meningkatkan pengetahuan mereka tentang akuntansi manajemen, sementara pemerintah dan lembaga terkait perlu menyediakan akses pelatihan yang memadai. Dengan kolaborasi yang baik, UMKM dapat menjadi lebih kompetitif, tidak hanya di pasar lokal tetapi juga di pasar global.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline