Kita telah memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan. Separuh perjalanan lagi langkah kita menuju hari raya Idul Fitri. Hari kemenangan yang ditunggu-tunggu oleh seluruh umat Islam.
Dalam menyambut kemeriahan hari raya, ramai orang berburu baju lebaran. Sekarang ini berita-berita online telah mulai fokus ke tema baju lebaran. Bahkan, saking urgennya Kompasiana pun menjadikan Baju Lebaran 2022 sebagai salah satu topik pilihan. Tulisan kecil ini akan menyinggung urgensi baju lebaran. Sekarang kita coba fokus dari sudut pandang kepantasan.
Sah-sah saja kita mengekspresikan kebahagiaan kita menyambut hari raya dengan baju lebaran. Berburu baju baru untuk menyambut hari raya pun oke bagi kita yang memiliki uang. Kita yang tidak memiliki kecukupan rezeki, tenang... tidak perlu berkecil hati.
Baju lama pun tetap boleh digunakan selama hari raya. Asalkan kita yang mampu membeli baju baru tidak sombong dengan baju baru itu. Kita yang belum ada rezeki membeli baju baru pun tidak perlu minder dengan baju yang sudah ada.
Satu pertimbangan penting dalam mengenakan pakaian adalah kepantasan. Kita perlu memperhatikan keadaan lingkungan sekitar dalam memilih baju untuk digunakan. Jangan sampai netizen berkomentar kita 'salah kostum'. Jangan hanya karena kita ingin dikira berkelas kemudian lebaran tahun ini kemana-mana kita menggunakan baju koko dan jas.
Sepatutnya lihat situasi dan kondisi dulu lah. Lebih-lebih kalau kita berkunjung ke rumah keluarga atau tetangga yang secara ekonomi kurang mampu. Tanggalkanlah jas itu dan kenakanlah pakaian yang lebih sederhana. Untuk menjaga kepantasan sekaligus menjaga hati dan perasaan orang lain.
Apalah artinya kita meminta maaf bersalam-salaman di hari raya kalau ada perasaan di hati untuk pamer baju lebaran. Baju lebaran mestilah sesuai dengan namanya. Baju yang kita gunakan untuk memeriahkan lebaran. Bukan baju pameran. Bukan baju untuk ajang pamer.
Menahan diri dari sikap berlebihan dan menjaga perasaan orang lain selama hari raya semestinya adalah buah dari perjuangan kita berpuasa selama sebulan penuh. Kemampuan menahan diri seperti ini adalah hasil dari latihan kita menahan lapar dan haus.
Oleh karena itu, di separuh perjalanan menuju hari kemenangan ini. Eloknya bukan pakain zhahir yang menjadi fokus kita untuk menyambut Idul Fitri. Pakaian batin kita itu lebih utama. Semoga kita tidak gagal meraih kemenangan dan status fitri dalam diri kita hanya karena orientasi kita berfokus pada baju fisik yang sejatinya hanya kumpulan dari beberapa helai tenunan benang itu.
Sekarang fasten your seatbelt untuk menuju hari nan suci yang sebentar lagi datang. Baju lebaran itu penting sebawai wujud syukur kita. Baju baru dan lama pun tidak menjadi masalah, yang penting pantas dikenakan di lingkungan yang tepat.