Lihat ke Halaman Asli

Nurul Hidayat

It's a wonderful life

Ramadhan, Momen yang Tepat untuk Menemukan Sahabat Hati

Diperbarui: 9 April 2022   13:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Kontemplasi. Foto: ggie.berkeley.edu

Saya teringat dengan pesan gurunda Prof. Dr. KH. Ahmad Imam Mawardi bahwa menemukan sahabat hati itu sangat penting. Beginilah kira-kira dawuh beliau tentang orang-orang di seputar kita. Bahwa kita pasti akan bertemu dengan orang-orang dengan kepribadian yang bermacam-macam.

Ada orang-orang yang hadir dalam hidup kita membawa derita, pun ada orang-orang yang bersama kita menghadirkan bahagia dan rasa tenang. Di antara keduanya, tipe orang yang manakah yang kita harapkan hadir dalam kehidupan kita? 

Menurut Beliau dan saya pun sepakat, kita semua sepakat, pribadi yang membawa kebahagian lah yang kita harapkan. Di atas itu semua, yang paling penting, adalah kita terus berusaha untuk menjadi orang yang memberi kebahagiaan untuk orang lain. Jika tidak mampu, minimal kita tidak membawa derita dalam kehidupan orang lain.

Apakah kenyataanya kita selalu bertemu dengan orang-orang yang membahagiakan? Nyatanya tidak.

Kadang kita harus berinteraksi dengan orang-orang yang hanya memikirkan dirinya sendiri. Prinsip golongan orang ini adalah mengeluarkan yang sedikit mungkin dari dirinya untuk mendapatkan yang sebanyak mungkin untuk dirinya. Mereka tidak peduli dengan kita. Tetapi mereka memanfaatkan kita untuk meraih keinginnya. 

Ada juga orang-orang yang di pertemuan awal memberikan kesan memukau sehingga kita terpesona kepada mereka. Nampak sangat baik di awal. Ternyata pada akhirnya atau bahkan di tengan jalan, sikap aslinya keluar. Mereka menikung kita. Berbicara baik di depan kita, tetapi menjelekkan kita di belakang.

Dalam hidup kita, orang-orang yang benar-benar tulus pun ada di tengah-tengah kita. Mereka tidak pernah mengharap balasan terhadap apa yang telah mereka berikan untuk kita. 

Hebatnya lagi, jika kita ditolong oleh mereka, orang-orang tulus ini tidak ingin kita sebut-sebut mereka sebagai orang yang menolong kita. Mereka adalah orang-orang yang tulus memberi tapa ingin ucapan terima kasih. Tulus. Mereka adalah orang-orang yang mendo'akan kita bahkan tanpa sepengetahuan kita.

Pesan Kyai, ketika berinteraksi dengan orang tipe pertama, saya sebut orang-orang palsu, anggap saja Allah sedang memberi tahu kita bahwa ada orang-orang tidak baik seperti itu. 

Sikap kita? Kita jangan tiru mereka. Dan yang paling penting jangan kita jadikan mereka sahabat hati kita. Tidak baik untuk kesehatan hati dan pikiran kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline