Lihat ke Halaman Asli

Nurul Hidayat

It's a wonderful life

Earth Hour 2022, Apa Kata Peneliti?

Diperbarui: 28 Maret 2022   14:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Earth Hour 2022. Foto: www.earthhour.org

Sabtu terakhir di bulan Maret dinisbatkan sebagai hari Earth Hour sedunia. Artinya, Earth Hour tahun ini jatuh pada hari Sabtu 26 Maret 2022. Di Indonesia, Earth Hour dimulai pada pukul 20:30 sampai 21:30 WIB. Ini adalah kegiatan global dengan cara memadamkan lampu di rumah dan di kantor selama satu jam. Ini adalah aksi kepedulian masyarakat dunia terhhadap lingkungan. Selain untuk menghemat penggunaan energi listrik, secara global Earth Hour dimaksudkan sebagai respon dunia terhadap isu pemanasaln global (global warming) dan perubahan iklim (climate change).

Earth Hour dicetuskan pertama kali oleh sebuah Non-Governmental Organization (NGO) internasional bernama World Wide Fund for Nature (WWF) bersama dengan Leo Burnett. WWF, atau kita boleh sebut Dana Dunia untuk Alam, adalah organisasi dunia yang fokus pada penangana nisu-isu lingkungan. Sementara itu, Leo Burnett adalag seorang eksekutif bidang iklan ternama di Amerika Serikat. 

Berdasarkan data yang dirilis di earthhour.org, tahun ini tercatat ada 192 negara yang berpartisipasi aktif pada Earth Hour. Negara kita, Indonesia, adalah salah satunya. Lebih dari 7,8+ milyar hastag #earthhour yang terekam di internet selama tiga bulan pertama tahun ini. Earth Hour juga menjadi topik yang paling trending di  jagat Twitter dan Google di 35 negara.

Pertanyaanya sekarang adalah adakah bukti empiris yang menjelaskan pengaruh kegiatan Earth Hour terhadap sikap atau kebiasaan masyarakat untuk menghemat energi? Xingchi Shen yang berafiliasi di University of Myriland (USA) beserta tim risetnya dari State Grid Shanghai Electric Power Research Institute (Cina) mengklaim sebagai tim yang pertama kali melakukan kajian empiris untuk melihat pengaruh Earth Hour terhadap perilaku hemat energi. Pekerjaan mereka dipublikasikan di jurnal internasional bereputasi, Environmental Research Letters. Artikel mereka bisa kita akses melalui https://doi.org/10.1088/1748-9326/ac1629. Konteks penelitian mereka adalah kegiatan-kegiatan peduli lingkungan, termasuk Earth Hour, di Shanghai. Komparasi penggunaan listrik diambil sejak 15 Maret 2017 hingga 4 April 2017. Saat itu Earth Hour jatuh pada tanggal 28 Maret 2017.

Apa yang mereka temukan? Earth Hour tidak cukup memberikan dampak yang signifikan terhadap penghematan energi listrik. Inilah pernyataan mereka "Earth Hour did not lead to any significant energy-saving effects on average for both commercial and residential users". Apa implikasinya? Xingchi Shen dan tim menyaraknan komunitas pencinta lingkungan dan  pemerintah untuk mensinergikan kampanye peduli lingkungan yang simbolis dengan aktivitas peduli lingkungan yang berbasis pengetahuan. Kampanye simbolik memiliki keunggulan dalam penyebaran informasi yang lebih cepat dan lebih luas. Kampanye Earth Hour, misalnya, merupakan kampanye peduli lingkungan yang simbolis mendapatkan perhatian netizen yang luar biasa untuk mematikan lampu selama satu jam. Kita tengok, 192 negara yang terlibat. Hampir seluruh dunia perhatian terhadap kampanye Earth Hour ini.

Dan untuk benar-benar mengubah perilaku masyarakat menghemat energi, aktivitas-aktivitas lain yang langsung memberikan informasi prosedural tentang perlindungan lingkungan dan penghematan energi perlu ditambahkan selain sekedar mematikan lampu selama satu jam. Di atas itu semua, Earth Hour tetap sepatutnya digalakkan setiap tahun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline