Lihat ke Halaman Asli

Nurul Hidayah

Pendidikan

Teori psikososial Erik erikson

Diperbarui: 18 Januari 2025   22:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori Psikososial Erik Erikson

Erik Erikson adalah seorang psikolog perkembangan yang dikenal luas berkat teorinya mengenai aspek psikososial. Ia mengemukakan gagasan bahwa perkembangan manusia adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup dan dipengaruhi oleh interaksi antara faktor sosial dan emosional. Berbeda dengan Sigmund Freud, yang lebih fokus pada aspek psikoseksual, Erikson merumuskan delapan tahap perkembangan psikososial yang mencakup seluruh perjalanan hidup manusia, dari masa bayi hingga usia lanjut.

Konsep Utama Teori Psikososial

Teori ini menekankan pentingnya krisis atau konflik yang dihadapi individu pada setiap tahap perkembangan. Krisis ini menjadi titik kritis yang harus diselesaikan untuk mencapai perkembangan yang sehat. Jika individu berhasil mengatasi konflik tersebut, mereka akan memperoleh kekuatan psikologis yang bermanfaat di tahap selanjutnya. Sebaliknya, kegagalan dalam mengatasi konflik dapat mengakibatkan kesulitan dalam menghadapi tantangan hidup.

Delapan Tahap Perkembangan Psikososial Erikson

1. Trust vs. Mistrust (Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan)
- Usia: 0--1 tahun (masa bayi)
- Krisis: Pada tahap ini, bayi belajar untuk mempercayai lingkungan mereka berdasarkan reaksi orang tua terhadap kebutuhan mereka. Jika kebutuhan dasar seperti makan dan kasih sayang terpenuhi secara konsisten, bayi akan mengembangkan rasa percaya. Namun, jika kebutuhan tersebut diabaikan, ketidakpercayaan akan muncul.

2. Autonomy vs. Shame and Doubt (Otonomi vs. Rasa Malu dan Ragu)
- Usia: 1--3 tahun (masa balita)
- Krisis: Anak mulai belajar kemandirian, seperti berjalan dan memilih sendiri. Dukungan dari orang tua saat anak bereksplorasi akan membangun rasa otonomi. Sebaliknya, jika terlalu banyak dikontrol atau dipermalukan, anak akan merasa malu atau ragu terhadap kemampuannya.

3. Initiative vs. Guilt (Inisiatif vs. Rasa Bersalah)
- Usia: 3--6 tahun (masa prasekolah)
- Krisis: Pada fase ini, anak mulai aktif dalam berbagai kegiatan, seperti bermain peran dan bertanya. Jika dorongan untuk berinisiatif didukung, anak akan merasa berani dan percaya diri. Namun, kritik yang berlebihan dapat memicu rasa bersalah.

4. Industry vs. Inferiority (Kerajinan vs. Rasa Rendah Diri)
- Usia: 6--12 tahun (masa sekolah dasar)
- Krisis: Anak belajar keterampilan baru di lingkungan sekolah dan sosial. Keberhasilan dalam tugas-tugas ini menumbuhkan rasa kompetensi, sedangkan kegagalan dapat mengakibatkan rasa rendah diri.

5. Identity vs. Role Confusion (Identitas vs. Kebingungan Peran)
- Usia: 12--18 tahun (masa remaja)
- Krisis: Remaja berusaha mencari identitas diri melalui eksplorasi nilai, minat, dan tujuan hidup. Jika mereka berhasil menemukan identitas, rasa percaya diri akan tumbuh. Namun, kegagalan dalam proses ini dapat menyebabkan kebingungan peran.

6. Intimacy vs. Isolation (Intimasi vs. Isolasi)
- Usia: 19--40 tahun (masa dewasa awal)
- Krisis: Pada tahap ini, individu berusaha menjalin hubungan dekat dan intim dengan orang lain. Jika berhasil, mereka akan merasakan kehangatan dan cinta. Jika gagal, perasaan terisolasi dan kesepian dapat muncul.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline