Lihat ke Halaman Asli

Nurul Hanifah

Mahasiswi

Hidup: Terus Maju atau Putar Balik?

Diperbarui: 23 Maret 2021   11:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: tempo.co

Katanya hidup itu pilihan. Ya, memang pilihan. Memilih setiap jalan untuk berpijak dan juga memilih kerikil mana yang akan ditapak. Hidup itu tak selalu tentang berjalan mulus seperti jalan tol, bebas hambatan, namun berjalan menyusuri jalan kerikil dan terkadang harus berhenti untuk mengisi bahan bakar. Dan juga tentang dilema ketika menyusuri jalan yang telah dipilih. Merasa 'benarkah jalan yang telah diambil' dan 'apakah aku bisa melewatinya, tetap terus atau putar balik?'.

Sebuah kenyataan tak selalu sama dengan ekspektasi. Seringkali dua hal itu sangatlah bertolak belakang. Terkadang ekspektasi yang terlalu tinggi hanya akan mematahkan diri dan harapan kita karena pahitnya sebuah kenyataan. Namun, itu juga berlaku pada kenyataan yang melebihi ekspektasi. Kenyataan mengalahkan rendahnya sebuah ekspektasi. Hidup ini misteri. Kau takkan tau apa yang terjadi di kemudian hari. Namun kau bisa memprediksinya. Tentu, terkadang belum terbukti kalau prediksimu sesuai dengan apa yang terjadi. Hanya perlu perhitungan dan persiapan yang lebih. Persiapan untuk menghadapi kenyataan yang mengingkari ekspektasi.

Hidup itu seperti kotak yang tertutup. Kau takkan tau apa yang di dalamnya tanpa membukanya terlebih dahulu. Mengintip? Tentu kau bisa mengintipnya sedikit. Namun itu takkan memberi jawaban pasti akan hal yang nyata. Bahkan kau takkan bisa merasakan segarnya minuman hanya dengan menyicip barang satu kecap. Dan juga takkan tau betapa manisnya jamu yang katanya sangat pahit di lidah. All about how you feel that.

Saat kau berlari dan di tengah lintasan kau terandung, apakah kau akan memilih maju atau putar balik, itu adalah keputusanmu. Oke. jika kamu memilih mundur, memilih jalan aman untuk ditapak, namun kau takkan tau ada sebuah panorama indah di depan lintasan nanti. Pernahkah kau merasa menyesal untuk memutar balik hanya karena sebuah hal kecil. Mungkin pada saat itu kau merasa hal kecil itu akan membesar. Namun kau juga tak tau apa yang akan terjadi ketika kau melewatkan hal kecil itu.

Hidup itu bersiklus. Saat kau menyerah akan suatu hal, bukan rasa aman yang akan didapatkan.  Namun hanya sekadar rasa lega sejenak. Karena tentu hal itu akan terjadi lagi di lain waktu. Mungkin dengan hal yang berbeda, tapi itu serupa. Seperti halnya ketika kau melewati sebuah soal di ujian. Kau lega saat itu. Namun ada kalanya kau menemukan soal  itu kembali. Karena setiap permasalah hidup itu selalu meminta jawaban penyelesaiannnya bukan untuk dilewati dengan seenaknya.

Hidup itu soal pendewasaan katanya. Semakin banyak masalah maka semakin dewasalah dia. Namun dengan catatan, permasalahan itu terselesaikan, bukan hanya main skip dan remind me later. Hidup itu tentang olah rasa dan olah pikiran. Bagaimana kita menyinkronkan antara pikiran yang meminta untuk selalu positif thinking dan hati yang terlalu tenggelam dalam ketakutan yang tak berdasar atau menyinkronkan antara rasa berlebih akan sesuatu dengan pikiran logis yang memaksa untuk berkata 'tidak'. 

Dua hal itu yang seringkali terjadi, bukan pada satu atau dua orang tapi pada sebagian besar manusia yang masih memiliki keinginan untuk terus menapakkan kakinya dan membuat jejak kehidupan di dunia penuh tanda tanya ini. Dan hidup adalah tentang mencari pembelajaran. Bukan pembelajaran dari mata pelajaran di sekolah, namun tentang pembelajaran kehidupan dari setiap peristiwa yang terjadi. Bukan tentang perhitungan satu ditambah satu menghasilkan dua, tapi tentang bagaimana hati (rasa) dan pikiran melahirkan sebuah tindakan nyata.


Kebumen, 23 Maret 2021
 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline