Kalimantan terkenal dengan Suku Dayak, buah jeruk Pontianak atau hutan lebat di Bukit Raya. Pulau terbesar nomor 2 di Indonesia ini mempunyai banyak potensi dari sumber alam, budaya dan seninya. Berbatasan langsung dengan negara Malaysia dan Brunei Darussalam. Tahun 2013 diresmikanlah Kalimantan Utara sebagai provinsi ke 34 di Indonesia. Tapi, tahu enggak kalau di sana ada perbatasan yang misterinya belum terungkap?
Jumat pagi saya sudah memesan taksi online menuju Sekolah Alam Cikeas untuk menghadiri peluncuran buku "Menjelajahi Misteri Perbatasan" Krayan - Kalimantan Utara. Tentunya saya hadir enggak sendiri, tapi bersama 11 Kompasianer. Ini kali pertama saya ke daerah Cikeas dan melewati kediaman Pak SBY. Memang dekat sekali lokasi sekolah dan rumahnya.
Peluncuran buku langsung dihadiri oleh para penulis dan pegiat literasi yang tergabung dalam Batu Ruyud Writing Camp 1 2022 (BRWC), sebuah pesta literasi rakyat perbatasan di Krayan Tengah, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara yang diresmikan tanggal 28 Oktober 2022. Camp ini lahir atas inisiasi dari Dr.Yansen TP, Masri Sareb Putra, Pepih Nugraha, dan Dodi Mawardi yang disebut sebagai Esplindo, Empat Sekawan Pelopor Literasi Indonesia.
Buku ini merupakan kumpulan dari penulis nasional yang sudah melalui tahap seleksi. BRWC bukan sakadar camp biasa, tapi semacam pesta rakyat bagi warga setempat. Mereka menampilkan kreasi seni, budaya dan juga kuliner khas lokal.
Para penulis buku antologi "Menjelajahi Misteri Perbatasan " yang hadir saat peluncuran antara lain Dr. Yansen TP, M.Si., (Wakil gubernur Kaltara), Lio Sumbes (Pegiat literasi dari Krayan Tengah), Matius Mardani (guru SD, pegiat literasi Dayak-Jakarta), Pepih Nugraha (pendiri Kompasiana), Arbain Rambey (fotografer senior), Arip Senjaya (Dosen UNTIRTA, Penulis buku terbaik Perpusnas 2022), Edrida Pulungan (Penulis), Agustina (guru SMA dan pegiat literasi Kalbar), Herman Syahara ( sastrawan), dan Masri Sareb Putra (editor, sastrawan Dayak angkatan 2000).
Penamaan Batu Ruyud Writing Camp 1 2022 karena diadakan di pedalaman hutan Taman Nasional Kayan Mentarang, Krayan Tengah, Nunukan, Kalimantan Utara. Batu Ruyud merupakan kumpulan batu besar dan kecil yang diambil dari Sungai Krayan. Ini simbol penghormatan dan tanda kebangkitan semangat literasi dan lahirnya peradaban baru di Sungai Krayan. Seperti Batu Yupa peninggalan kerajaan Kutai, Kertanegara abad ke-4 sebagi bukti peradaban dan kehidupan serta budaya masyarakat saat itu sekaligus adanya Kerajaan Hindu tertua di Indonesia.
Festival literasi ini berlangsung selama 2 minggu. Batu Ruyud berasal dari kata Batu bermakna "batu keras" dan Ruyud bermakna "gotong royong atau saling menopang". Memang saat mengambil batu-batunya melibatkan banyak orang tanpa paksaan dan spontan sebagai wujud yang menggambarkan filosofi kehidupan yang impresif.
Terbitnya buku "Menjelajahi Misteri Perbatasan" Krayan, Kalimantan Utara atas gagasan dari banyak hal yang tersembunyi atau belum terungkap. Daerah Krayan menyimpan sejuta nilai yang sangat penting diangkat untuk jadi nilai model. Misteri di perbatasan juga belum banyak yang tahu.
Buku setebal 220 halaman sangat menarik dibaca. Terbagi atas 12 bab yang tiap babnya ditulis oleh para penulis nasional. Dr. Yansen TP mengatakan buku ini bisa jadi jembatan bagi teman-teman pegiat literasi di mana pun berada untuk melihat fenomena daerah perbatasan seperti Krayan yang menyimpan sejuta nilai yang sangat penting diangkat untuk jadi contoh nilai. Buku "Menjelajah Misteri Perbatasan" menceritakan hal-hal yang sebenarnya ada di perut bumi, pikiran dan nurani kita.