Dunia maya dihebohkan dengan berita kontra eks ISIS dipulangkan ke Indonesia. Opini serta hujatan buat mereka mengalir terus di lini masa media sosial. Sebenarnya saya enggak begitu mengikuti berita tentang ISIS sebelumnya. Saya hanya tahu bahwa ISIS musuh dunia.
Rasa penasaran saya semakin bertambah setelah KOMiK membuka pendaftaran nonton bareng film dokumenter tentang keluarga yang terbujuk oleh propaganda ISIS yang telah kembali ke Indonesia di acara Festival Kebhinekaan. Akhirnya saya daftar dengan menghubungi kak Dewi Puspa (Ketua KOMiK).
Mulai dari tanggal 20-23 Februari 2020 diadakan Festival Kebhinekaan di 3 lokasi di Jakarta Pusat yaitu Griya Gus Dur Matraman, Wisma Rahmat di Petojo, dan Taman Suropati Menteng. Festival Kebhinekaan bertujuan untuk merayakan keberagaman dan memperkuat toleransi melalui ragam kegiatan yang santai dan menyenangkan dengan sasarannya anak muda dan kaum milenial.
Kegiatan menarik dari Festival Kebhinekaan ini meliputi wisata bhineka wisata rumah ibadah lintas agama wisata Napak tilas Gus Dur, wisata toleransi, wisata untuk disabilitas, pemutaran film dan diskusi pameran foto (wajah muslim di Negeri Tirai Bambu), inspiring talk milenials talk mengenal lebih dekat paras penganut agama yang berbeda, meditasi cinta kasih, refleksi lintas iman, yoga Rahmatan Lil Alamin, menggambar komik tema keberagaman.
Untuk pemutaran film, ada 4 film yang diputar sekaligus dengan diskusi bersama filmaker-nya. Saya menghadiri sesi pemutaran film dokumenter "Seeking The Imam" pada hari Kamis, 20 Februari di Griya Gus Dur Matraman, Jakpus. Sebelum nonton, saya sempat mencari berita tentang film ini di google dan trailernya di youtube, namun saya enggak menemukan tentang film dokumenter ini. Berarti film dokumenter ini memang belum disebarkan secara luas.
"Seeking The Imam" Mencari Sosok Pemimpin Lain
Film dokumenter "Seeking The Imam" dibagi menjadi 3 chapter yaitu chapter pertama Misi Penyelamatan, chapter ke dua saya lupa judulnya, dan ketiga Hidup Harus Terus Berjalan. Tokoh sentral dari film dokumenter ini adalah Dhania, gadis muda yang tergoda propaganda ISIS saat usianya masih 17 tahunan. "Seeking The Imam" disutradarai oleh Triguna dan produser eksekutif Noor Huda Ismail.
Chapter pertama menceritakan adegan penjemputan para WNI eks ISIS oleh pihak Indonesia pada tahun 2016, salah satunya ada dari Kementrian Luar Negeri, kalau enggak salah Bapak Bambang Antarikso. Ada 18 WNI yang diselamatkan, kebanyakan mereka adalah keluarga besar Dhania.
Misi penyelamatan itu dilalui penuh perjuangan. Kurang lebih selama satu setengah tahun untuk keluar dari negeri Suriah. Penipuan demi penipuan pun dialami oleh Dhania sekeluarga demi kembali lagi ke Indonesia.
Chapter kedua menceritakan Dhania dan keluarga sudah berada di Indonesia, sekitar tahun 2017. Memulai lagi dengan hidup normal di Depok, Jawa Barat. Wah, lumayan dekat dari rumah saya. Dalam adegan film itu Dhania menceritakan bahwa dia kurang diperhatikan oleh keluarga, khususnya sang ayah yang sangat sibuk. Sehingga dia mencari sosok "pemimpin" lain.
Chapter ketiga menerangkan tentang kehidupan Dhania sekeluarga di Batam. Yap, mereka memang berasal dari sana. Ditampakkan rumah yang lama tak terurus dengan banyaknya debu, keroposnya kayu, dan rayap yang mengumpat dari lembaran buku. Terlihat sekali rumah tidak terurusnya rumah yang ditinggalkan oleh penghuninya selama 3 tahun.