Lihat ke Halaman Asli

Simpati dan Empati Memiliki Peran Penting di Era Pandemi Covid-19

Diperbarui: 12 Oktober 2021   04:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masa pandemic covid-19 ini terjadi di awal tahun 2019 yang berawal dari wuhan,china.hingga menjalar ke seluruh belahan dunia dan wabah ini berjalan hampir 2 tahun namun  pandemic  ini juga masih belum membaik di Negara-negara tertentu. 

Puncak dari pandemic covid-19 di Indonesia sendiri pada tahun 2020 hingga menewaskan ribuan orang dalam perharinya, tanah-tanah kuburan pun sudah mulai habis para medis pun yang menangani wabah penyakit corona ini pun juga kewalahan bahkan juga harus bertaruh nyawa dan meninggalkan keluarganya. 

Wabah inipun menjadi sangat ganas dan membekas di hati para penduduk dunia terutama di Negara kita sendiri Indonesia, keterlambatan pemerintah untuk menangani factor wabah ini juga menjadi salah satu pemicu cepat tersebarnya wabah penyakit corona ini.

 Akibat wabah virus corona inilah seluruh dunia gempar dan sector perekonomian dunia pun menjadi lumpuh total. Pemerintah pun melakukan beberapa solusi agar masyarakat Indonesia tidak terkena wabah virus corona ini dan tidak bertambah banyak dan juga agar tidak memakan nyawa lagi. 

kemudian pemerintah pun menerapkan beberapa solusi untuk mengantipasi wabah ini dengan menerapkan 5M dan social distancing dan mengisyaratkan agar masyarakat tetap berada di dalam rumah selama pandemic ini, akan tetapi permasalahan lain pun muncul, masyarakat mulai khawatir apabila mereka tetap berdiam saja dirumah tanpa bekerja, dari mana sumber penghasilan akan muncul? Dan bagaimana dengan kebutuhan sehari-hari yang wajib dipenuhi? Bagaimana mereka akan melanjutkan hidup dalam keadaan seperti ini?.

 Di lansir dari laman worldometers,selasa (28/7/2020), Negara Indonesia masuk kedalam daftar 25 negara dengan jumlah kasus virus corona terbanyak di dunia. Dan indonesia sendiri berada di urutan ke-24 dengan kasus virus corona terbanyak dan didalam asia sendiri Indonesia berada dalam urutan ke-9 se asia.

Di dalam situasi dan kondisi saat ini perlu di terapkan nya nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari.agar bisa bergotong royong dan saling bahu membahu untuk Negara Indonesia menjadi Negara yang cepat kembali normal.

Rasa kemanusian dan empati sangat di perlukan dalam kondisi saat ini, rasa persatuan dan kesatuan dan keadilan sosial bagi masyarakat Indonesia juga sangat di butuhkan untuk memulihkan sector ekonomi Indonesia. 

Di kutip dari kompas.com terjadinya korupsi besar-besaran yang di lakukan oleh Juliari Batubara yang merupakan mantan menteri sosial. Hal inilah yang sangat tidak di inginkan oleh masyarakat Indonesia di lain sisi masyarakat bawah yang sangat membutuhkan dan mengharapkan bantuan sosial dari pemerintah malah di korupsi oleh menteri nya sendiri. 

Hal lain juga terjadi di kota jember mirisnya bupati jember sendirilah yang melakukannya ia mengambil untung dari pemakaman covid-19 ini dengan perkiran Rp.70 juta rupiah dalam sehari. Hal ini jugalah yang membuat masyarakat geleng-geleng kepala dan merasa tidak percaya lagi terhadap pemerintah. Di kutip dari kompas regional kamis (26/8/2021), DPRD Jember Hadi Supaat mengatakan " ini adalah wabah ini adalah penderitaan saya tidak ingin penjabat pemeritah daerah ini menari-nari di atas penderitaan rakyat dan mengambil keuntungan"

Sangat miris sekali, ditengah tengah pandemi ini apalagi yang bisa diharapkan oleh masyarakat selain bantuan sosial dari pemerintah yang seharusnya bertujuan untuk mensejahterakan malah diselewengkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Entah sampai kapan pandemic akan berakhir jika rasa empati dan simpati antar sesama tidak lagi tercerminkan didalam diri setiap masyarakat Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline