Lihat ke Halaman Asli

Nurul Fitri

Mahasiswa

Teori psikososial Erick Erickson

Diperbarui: 28 Oktober 2024   08:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori psikososial yang di kemukakan oleh Erick Erickson

    Erikson mengembangkan teori psychosocial development, yaitu bagaimana kebutuhan individu seseorang (psycho) tergabung dengan keperluan dan tuntutan masyarakat (social). Erikson mengajukan 8 tahapan yang harus kita lewati dalam proses perkembangan kita. Pada setiap tahapan tersebut, terdapat sebuah konflik yang harus dihadapi dan di selesaikan agar kita memiliki perkembangan yang normal

Teori psikososial yang dikemukakan oleh Erik Erikson adalah teori yang menyatakan bahwa perkembangan manusia terjadi dalam delapan tahap yang berbeda-beda, mulai dari masa bayi hingga dewasa akhir. Setiap tahap memiliki tantangan psikososial yang harus diatasi agar perkembangannya sehat. 

1. Trust vs Mistrust (0-18 Bulan)

Pada tahapan ini, seorang anak belajar untuk mempercayai caregivers mereka. Anak bergantung sepenuhnya kepada caregivers untuk keperluan makan, minum, tampat tinggal, dan kasih sayang (trust). Pada tahapan ini, seorang anak juga develop mistrust, yaitu contohnya ketika anak menangis, tetapi caregivers tidak ada disana untuk menenagkan. Atau ketika caregivers kelupaan untuk memberikan makanan kepada anak. Keadaan dimana keperluan anak tidak terpenuhi dan menghasilkan mistrust ini juga merupakan sesuatu yang penting untuk perkembangan anak. Mistrust menjadi salah satu konflik yang harus dihadapi anak pada tahap perkembangan ini. Sedikit mistrust memang baik, tetapi bila caregivers secara konsisten tidak bisa diandalkan dan terus-menerus tidak bisa dipercaya, maka anak akan tumbuh menjadi seseorang yang yang melihat dunia dengan anxiety, ketakutan, dan mistrust.

 2. Autonomy vs Shame and Doubt (18 Bulan – 3 Tahun)

Pada tahapan ini, seorang anak sudah memiliki autonomy dan independence. Anak sudah mulai memiliki makanan favorit dan mereka sudah memiliki preference terhadap suatu hal. Pada tahapan ini, penting untuk orang tua untuk memberikan pilihan dan autonomy kepada anak mereka. Contohnya, seperti memberikan kepada anak pilihan 2 jenis pakaian yang mau dikenakan di pagi hari. Pada tahapan ini, seorang anak juga sudah siap untuk melakukan toilet training.

3. Initiative vs Guilt (3-5 Tahun)

Pada tahapan ini, seorang anak mulai mengambil inisiatif dan mengontrol apa yang terjadi ketika bermain dengan teman-temannya. Anak akan mulai terus menerus menanyakan pertanyaan-pertanyaan filosofis yang bahkan kita tidak tahu jawabannya. Bila pada tahapan ini orang tua membatasi anak mengambil inisiatif(controlling), maka anak akan bertumbuh menjadi seorang yang tanpa ambisi, tidak inisiatif, dan selalu merasa bersalah.

4. Industry vs Inferiority (5-12 Tahun)

Pada tahapan ini, seorang anak mulai merasa bangga atas keberhasilan dan kesuksesan dirinya. Anak mulai harus berinteraksi dengan lebih banyak orang dan mengejar kegiatan akademis mereka. Kesuksesan dalam bersosialisasi dan menggapai suatu pencapaian akan menimbulkan perasaaan kompeten, sementara kegagalan akan menghasilkan perasaan inferioritas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline