Lihat ke Halaman Asli

Hijrah dari Tahun Kemaksyatan, Mungkinkah?

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13889992211313324797

Di Indonesia ini banyak terjadi kemaksyatan yang semakin hari semakin merajalela, dari maksyat yang terkacil sampai yang besar, dari yang hanya merugikan diri sendiri hingga yang merugikan orang banyak. Negeri ini tidak hanya sangat ironis akan tetapi juga menyedihkan, sebagai negara dengan umat islam terbesar di dunia, akan tetapi praktik kemaksyatan justru semakin meningkat dan bertambah kuat dari tahun ke tahun, dari bulan ke bulan, dari minggi ke minggu, bahkan dari hari ke hari.

http://gambar.co/gambar-ucapan-selamat-tahun-baru-2014-happy-new-year.html

Mulai dari praktik korupsi, narkoba, minum-minuman, perzinaan, prostitusi, pembunuhan, perselingkuhan dan lain sebagainya malah menjadi trend yang semakin di gandrungi oleh beberapa masyarakat saat ini. Dari berbagai media setiap harinya memberitakan hal yang berupa tindak kriminalitas, kesedihan, ketidakadilan, kerakusan maupun perzinahan. Perbuatan maksia terjadi bukan hanya karena ada kesempatan atau influence dari luar diri pelakunya akan tetapi lebih kepada pelakunya sendiri. Karena manusia sendirilah yang menjadi benteng pertahanan terakhir dari perilaku maksiat tersebut, dan benteng terakhir yang menetukan sikapnya dari lingkungan, jika manusia dapat membentengi dirinya sendiri kemungkinan untuk melakukan maksiat sangat kecil meski banyak pengaruh dari luar dirinya.

Kemaksiatan adalah perilaku laten bagi manusia. Ia telah ada sejak diciptakannya manusia pertama yaitu pada zaman nabi Adam as, dan akan terus ada hingga saat ini selama setan masih tercipta, jika awalnya dulu maksiat yang dilakukan pertama oleh nabi Adam as adalah dengan melanggar perintah Allah SWT yaitu dengan memakan buah khuldi akibat dari godaan iblis pada waktu itu.

Seiring dengan berjalannya waktu, kemaksiatan smakin lama semakin kompleks, terlebih dalam konteks manusia modern dan maksiat yang dilakukan pun lebih bervariasi. Namun perilaku demikian pun substansinya sama, yaitu melanggar perintah Allah SWT. Dalam dunia modern seperti sekarang ini seakan – akan tindak kemaksiatan saat ini eemnjadi tradisi  karena dilegalkan melalui lokalisasi. Seperti lokalisasi perjudian, pelacuran, riba dan lain sebagainya. Bak virus yang menyebar dengan cepatnya yang tak kenal mangsa, maksiat pun semakin meluas tak pandang orangnya.

Diadakannya lokalisasi sejatinya adalah merupakan upaya pemerintah untuk menata dan mengurangi dan meminimalisasi tindak kriminalitas, dan virus tersebut tidak melebar ke masyarakat luas, tapi dalam kenyataannya dilapangan , lokalisasi dianggap sebagai tindak legalitas dari pemerintah untuk melakukan kriminalitas tindakan kriminalitas tersebut. Dan kemaksiatan yang dilegalkan ini jelas menjadi masalah yang sulit untuk dipecahkan. Kemaksiatan seperti ini semakin sulit dihindari jika masyarakat tidak mempunyai ketaatan beragama.

Di masa kini, jumlah perempuan PSK (Pekerja Seks Komersial) yang semakin merajalela seakan membuat profesi ini menjadi profesi legal, yang memiliki hak untuk “dilindungi”. Apalagi dari mereka menambah devisa dan pendapatan daerah yang meningkat. Kemiskinan yang menjerat, memang menjadikan beberapa kaum wanita yang merelakan untuk menjual diri mereka untuk memenuhi kebutuhan, karena keahlian yang tidak dimiliki, pendidikan dan keagamaan yang kurang sangat mempengaruhi bagi beberapa wanita untuk melakukan pekerjaan tersebut. Tapi tak jarang pula mereka menistakan diri mereka karena hasrat hedonisme mereka sendiri. Tuntutan zaman yang semakin modern dan canggih seperti sekarang ini hanya untuk memenuhi kesenangan dan kemewahan duniawi, mereka sampai rela melakukan cara mudah untuk mendapatkan uang dengan menjajakan diri mereka. sebagai bangsa yang mayoritass beragama islam, tidak kuasa menghadapi kemaksiatan yang merajalela di negeri tercinta ini. Karena untuk menegakan etika, moral, kesopanan dan nilai keislaman dan ketimuran masih susah untuk diwujudkan di negeri ini.

Di tahun yang baru tidak ada kata tidak mungkin untuk kita hijrah dari zaman penuh kemaksiatan menuju zaman yang baru dengan penuh kedamaian, hal ini bisa diwujudkan dengan masyarakat yang bisa berpikir modern, dengan IPTEK dan IMTAQ, modern tidak hanya kita memakai barang-barang yang modern, teknologi yang modern, pakaian yang tidak ketinggalan zaman dan lain sebagainya, akan tetapi modern disini adalah modern cara berpikir kita. Jika modern tidak dibarengi dengan kekuatan moral agama saat ini cenderung telah menghidupkan kembali sejarah kejahiliyahan. Dalam konteks kekinian penjelmaannya dalam wujud jahiliyah modern. Modern hanyaa secara fisik akan tetapi jahil secara mental.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline