Lihat ke Halaman Asli

Nurul Faridah

Seorang mahasiswa biologi yang senang membaca

KKN-T UPI: Berinovasi Menghilangkan Kejenuhan Belajar Siswa SD di Masa Pandemi Covid-19 Melalui Kegiatan Praktikum Sederhana dan Ice Breaking Selama Pembelajaran Luring Bersama Kampus Mengajar Perintis

Diperbarui: 16 September 2021   12:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi Covid-19 yang saat ini semakin mewabah di seluruh dunia menyebabkan berbagai aktivitas sehari-hari di berbagai bidang kehidupan menjadi terganggu, salah satunya bidang Pendidikan. Hampir seluruh negara di dunia, menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh atau yang sering kita kenal di Indonesia dengan istilah Daring. Kegiatan pembelajaran jarak jauh ini telah diberlakukan di Indonesia mulai dari bulan Maret tahun 2020, sehingga saat ini sudah mencapai satu tahun para pelajar dan pendidik tidak bisa melakukan kegiatan belajar mengajar seperti biasa. Munculnya kegiatan pembelajaran jarak jauh ini menyebabkan kejenuhan atau stress baik bagi para pelajar, pendidik, termasuk orang tua. 

Pemerintah saat ini terus melakukan inovasi-inovasi dan menemukan solusi supaya para pelajar tetap bisa melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan maksimal. Kampus Mengajar Perintis (KMP) merupakan salah satu program Kampus Merdeka yang diadakan oleh Pemerintah Indonesia yang digarap oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi yang bekerja sama dengan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikburistek), Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dan Direktorat Sekolah Dasar. Tujuan Program KMP menurut Bapak Aris Junaidi, selaku Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ditjen Dikti Kemendikbud, yaitu untuk memberdayakan mahasiswa dan membantu proses kegiatan belajar siswa Sekolah Dasar yang kurang akses di desa mereka. Manfaatnya tentu banyak sekali, seperti mengasah jiwa kepemimpinan mahasiwa, pembinaan karakter, dan peningkatan efektifitas pembelajaran Sekolah Dasar meskipun dalam situasi darurat pandemi.

Kegiatan ini bisa dikatakan menjadi solusi bagi mahasiswa yang terhalang pandemi covid-19 yang tidak bisa melakukan kegiatan terjun ke masyarakat langsung seperti KKN (Kuliah Kerja Nyata). Oleh karena itu, Universitas atau Lembaga Pendidikan Tinggi sangat mendukung kegiatan ini, termasuk Universitas Pendidikan Indonesia yang mendorong para mahasiswa untuk mengikuti kegiatan ini, karena sangat bermanfaat dan akan diberikan keringanan berupa konversi mata kuliah KKN yaitu berupa kegiatan KKN Tematik yang saat ini diberlakukan di masa pandemi Covid-19. Kegiatan KMP ini dilakukan oleh mahasiswa di daerah mereka masing-masing terutama daerah 3T seperti yang dikatakan oleh Mas Menteri Nadim selaku Menteri  Pendidikan saat pembukaan KMP tahun 2020. Kegiatan KMP pertama kali diadakan pada bulan Oktober hingga Desember 2020 yang diikuti oleh ribuan mahasiswa dari seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia, salah satunya diikuti oleh penulis yang merupakan Mahasiswa Jurusan Biologi Universitas Pendidikan Indonesia yang mendapat tugas mengajar di SDN Puspamulya Kec. Cigalontang Kab. Tasikmalaya Jawa Barat. 

Kegiatan KMP di sekolah ini sangat memberikan pengalaman yang luar biasa dan tantangan bagi penulis karena sekolah ini termasuk sekolah yang cukup jauh dari daerah perkotaan dan untuk bisa sampai ke sekolah harus menempuh perjalanan yang cukup menantang karena keadaan jalan yang berbolak-belok, banyak tikungan, tanjakan dan harus melewati jalan setapak di area persawahan yang masih berupa tanah merah, terlebih saat musim hujan. Namun, semua tantangan tersebut terbayar dengan antusias dari pihak sekolah, siswa-siswi dan masyarakat sekitar yang sangat menerima kami dan memberikan apresiasi yang sangat tinggi bagi kami, karena dengan adanya kegiatan KMP ini siswa-siswi bisa melakukan kegiatan belajar yang lebih menyenangkan dan membantu meringankan beban orang tua yang sudah hampir satu tahun harus mendampingi putra-putri mereka belajar daring dari rumah ditengah kesibukan mereka mengurus rumah tangga. 

Tantangan lainnya muncul dari penulis sendiri yang merupakan mahasiswi non-pendidikan yang tidak mempunyai latar belakang sebagai pengajar ataupun berbekal ilmu mengajar seperti mahasiswa lainnya yang menempuh jurusan pendidikan. Namun, disinilah penulis harus mulai mencari inovasi atau cara bagaimana supaya kegiatan ini bisa tetap berjalan. 

Koordinasi berawal dari Dinas Pendidikan Kab. Tasikmalaya, UPTD Kec. Cigalontang dan pihak sekolah SDN Puspamluya serta wali kelas sangat diperlukan dalam kegiatan ini, mengingat banyak sekali peraturan-peraturan baru yang diberlakukan di masa pandemi covid-19 ini. Hasil koordinasi yaitu penulis mendapat kesempatan mengajar di kelas 6 yang kebetulan merupakan siswa siswi yang sedang mengalami masa peralihan dari anak-anak menuju remaja, dan akan menjadi tantangan tersendiri bagi penulis untuk menghadapi mereka. Namun, dukungan dan bimbingan dari pihak sekolah dan wali kelas sangat membantu penulis untuk terus berinovasi bagaimana menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Selain itu, karena ketatnya peraturan pemerintah saat ini mengenai kebijakan pembelajaran di masa darurat pandemi ini, kegiatan KMP ini diadakan secara daring melalui Whatsapp Group dan Luring di salah satu rumah siswa. Kebetulan rumah siswa siswi kelas 6 berjauhan dan tidak semua siswa siswi memiliki gawai, sehingga penulis harus melakukan kegiatan keliling kampung bergantian setiap minggu nya. 

Kegiatan awal KMP ini hanya berkenalan dengan siswa siswi dan mengenalkan mereka cara menggunakan laptop mereka dan mereka cukup antusias, namun satu hal yang penulis dapatkan setelah awal pertemuan ini yaitu mereka sudah mulai kehilangan semangat belajar. Oleh karena itu, penulis berencana akan mengadakan kegiatan yang menyenangkan seperti ice breaking atau games dan refleksi materi di sela-sela pembelajaran luring. Penulis berharap kegiatan ini akan membangkitkan semangat mereka, dapat mengembalikan konsentrasi serta lebih mudah berkomunikasi dengan penulis. Disinilah penulis harus terus memutar otak, berinovasi setiap minggu nya dengan mencari-cari dan menyiapkan contoh-contoh ice breaking supaya mereka tidak jenuh, membuat lembar-lembar media pembelajaran, latihan-latihan soal,dsb. 

inshot-20210913-201734258-613f511731a28777a2039d63.jpg

Selain itu, penulis juga melakukan kegiatan pembiasaan-pembiasa seperti mengucapkan salam, berdoa sebelum belajar, setor hafalan perkalian karena sebagian dari mereka belum hafal perkalian serta mengajarkan pembiasan-pembiasaan baik yang sudah lama tidak mereka lakukan karena sudah 1 tahun tidak berinteraksi dengan guru dan berangkat ke sekolah. Menurut Eko Nopriadi (2016) dalam sebuah artikel mengatakan bahwa pembiasaan melakukan hal yang positif pada anak usia dini dapat membantu supaya anak menjadi insan yang sopan dan santun, baik dalam lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.

Inovasi lainnya yang menjadi inovasi utama dari penulis untuk membuat suasana belajar menyenangkan adalah kegiatan praktikum sederhana atau pembuatan prakarya sederhana dari barang-barang bekas yang ada di rumah mereka masing-masing sesuai dengan Rencana Pembelajaran yang ada pada Buku Tematik Kurikulum 2013, serta sumber-sumber pembelajaran lainnya yang penulis dapatkan dari internet dan media pembelajaran lainnya. Penulis sangat bersyukur, mereka sangat antusias saat penulis mengajak berdiskusi mengenai hal tersebut. Sehingga, pada pekan-pekan berikutnya penulis mulai mengadakan kegiatan praktikum sederhana ini, membuat lembar kerja untuk praktikum, karena tidak ada papan tulis dan tentunya tetap diselingi dengan ice breaking supaya mereka tidak jenuh. 

Contoh kegiatan ini adalah pembuatan rangkaian listrik seri dan pararel dari bahan-bahan bekas maupun baru yang ada dirumah mereka masing-masing. Kegiatan praktikum pertama ini sangat disenangi oleh mereka, terlihat dari antusias mereka saat bekerja sama dengan kelompok mereka masing-masing dan mereka menyampaikan secara langsung kepada penulis bahwa mereka sangat senang dan merasa tidak jenuh lagi belajar serta yang paling penting mereka lebih memahami konsep dan materi tentang listrik pararel dan seri tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Woolnough dan Allsop (1985) ada empat alasan yang dikemukakan para pakar pendidikan mengenai pentingnya kegiatan praktikum salah satunya adalah menunjang pemahaman materi pelajaran. 

inshot-20210913-200737998-613f4f3b31a287264b160ba2.jpg

Selain itu, kegiatan ini berjalan dengan lancar terbukti dengan permintaan siswa siswi yang ingin selalu diadakan kegiatan praktikum di setiap minggu nya. Namun, tetap harus ada pemberian materi awal terlebih dahulu supaya mereka memahami konsep awalnya. Oleh karena itu, pada pekan-pekan selanjutnya penulis menyiapkan ide-ide praktikum lainnya namun tetap sesuai dengan rencana pembelajaran pada Buku Tematik Kurikulum 2013. Contoh kegiatan lainnya adalah membuat lingkaran dari tutup botol bekas, mengukur diameter dan jari-jari botol bekas serta latihan soal menghitung luas dan keliling lingkaran. Penulis sangat bersyukur mereka semakin semangat, terbukti dengan semangat mereka di pagi hari dan kehadiran mereka untuk tetap sekolah meskipun mereka harus berjalan kaki ke kampung yang berbeda untuk sekolah di salah satu rumah teman mereka. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline