Kuliah Kerja Nyata Terpadu (KKN-T) Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Kelompok 22 sedang menjalankan program kerja lingkungan dan juga kesehatan di Yayasan Panti Asuhan Al Insan desa Candinegoro, Kec. Wonoayu , Kab. Sidoarjo. Tim KKN-T yang ber anggota 15 orang mahasiswa dari berabagai jurusan ini, berhasil menciptakan sebuah alat komposter pengolahan sampah organik.
Mengingat besarnya sampah organik yang sangat banyak dan terjadi penumpukan setiap harinya, Tim KKN-T dari kelompok 22 mahasiswa dari UMSIDA mencoba berinovasi untuk menciptakan sebuah alat komposter sampah organik fortabel. Alat Komposter ini bertujuan untuk menjadikan sampah-sampah oraganik dapat difungsikan untuk pupuk pada tanaman yang ada di sekitar panti Yayasan Panti Asuhan Al Insan.
Komposter sendiri merupakan alat pengolahan sampah organik yang digunakan untuk membantu mempercepat bakteri dalam proses penguraian. Alat komposter fortabel yang diciptakan oleh mahasiswa KKN-T kelompok 22 ini dapat dipindahkan dari tempat satu ke tempat yang lain nya. Hal itu bertujuan agar alat ini tidak harus memerlukan ruang khusus dalam penempatan alat komposter nya.
“Ide alat komposter ini sebenarnya kita dapat dari beberapa keluhan yang disampaikan oleh ibu idah dan juga ibu dewi mengenai sampah yang banyak serta tercampur menjadi satu. Akhirnya kami semua tim mencoba untuk memberikan inovasi tentang Alat Komposter Fortabel ini’’ ucap Ketua Kelompok 22, Muhammad Amar Julianto.
Pembuatan alat komposter fortabel sendiri tidak perlu membutuhkan waktu yang lama. Dengan bahan dari drum bekas yang berukuran sedang dan juga paralon, tim mampu menyelesaikan pembuatan alat komposter hanya dengan kurang lebih 2 jam . Sebagaimana fungsi dari alat ini yaitu untuk membantu mempercepat penguraian bakteri , maka tim mendesain alat ini dengan dua sekat atas sama bawah yang bertujuan untuk memisah antara ampas ampah organik dan juga cairan yang dihasilkan dari proses endapan dari ampas sampah tersebut.
Komposisi yang tepat untuk mempercepat proses penguraian sampah ini tentunya menjadi satu titik fokus tersendiri bagi tim KKN-T kelompok 22 . Dengan hasil diskusi dari semua anggota tim untuk memeberikan penambahan beberapa media pengurai , diharapkan nantinya hasil untuk kompos menjadi lebih cepat dan tidak menimbulkan bau tak sedap.
“Dari hasil musyawarah anggota tim terkait pembuatan alat komposter ini dijadikan se efektif dan se efisien mungkin, kami mencoba meredesign serta memberi komposisi yang tepat agar waktu pemrosesan kompos mejadi lebih cepat’’. Imbuh salah satu anggota tim KKN-T Kelompok 22, Ika Rezky Heriyanto.
Hasil supaya lebih maksimal dari pembuatan kompos ini memerlukan waktu sekitar 7-8 minggu proses pembuatan kompos ini selesai. Sehingga di minggu ke 7-8 kompos sudah jadi siap digunakan. Sudah bisa dilakukan pengayakan. Kompos yang baik berwarna cokelat kehitaman, berbau tanah, dan berbutir halus.