Lihat ke Halaman Asli

Nurul Hidayah

Ibu dua anak, PhD Student at Monash University Australia

Suka Duka Mencari Kontrakan di Australia

Diperbarui: 18 Juli 2024   12:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi mencari rumah untuk disewakan (Getty Images/DANIEL TADEVOSYAN)

"Notice of Rent Increase" saya tersentak membaca sebuah email dari property manager akhir juni lalu. Bagaimana tidak, dengan pengeluaran yang kian hari kian meningkat akan ditambah pula dengan kenaikan sewa rumah sekitar 30%.

Sudah mencoba nego bahkan minta bantuan Consumer Affair, pada akhirnya angka kenaikan tak turun sepeser pun. 

Kalau melihat market, harga sewa rumah di sini memang semakin melonjak belakangan. Menurut situs realestate.com.au, median harga sewa rumah atau unit dengan dua kamar di daerah saya adalah 510 AUD seminggu, sementara property dengan tiga kamar median harganya adalah 578 AUD per minggu untuk rumah dan 620 AUD per pekan untuk unit atau apartemen.

Kenaikan harga rumah menjadi pemicu bagi saya untuk berpikir ulang tentang tempat tinggal. Memilih rumah yang saat ini ditempati, alasannya selain dekat dengan sekolah anak yang besar juga karena harganya murah.

Saya jadi menyesal kenapa di awal tidak sekalian saja kontraknya selama tiga tahun karena selama terikat perjanjian kontrak harga sewa tak bisa dinaikkan. 

Namun konsekuensinya, kita juga tidak bisa pindah. Kerepotan yang dilalui selama dua tahun belakangan yang tertutupi oleh harga rumah yang cukup murah perlahan mulai tersibak. Dua kali naik bis menuju daycare bukan perkara mudah. 

Drama di jalan seperti si bayi ingin ngetap kartu sendiri tapi amat selow dan bis dikejar waktu sehingga belum sempat duduk rapi namun bis sudah melaju, tak ayal membuat paha ungu berminggu-minggu karena kejedot. Untunglah tuan puteri sudah duluan duduk dengan nyaman.

Drama lainnya adalah saat menunggu bis kedua, si kecil tetiba ingin ke toilet padahal bis sudah di depan mata, membuat harus menunggu bis berikutnya. 

Belum lagi kalau winter, jam 5 sore sudah gelap, berjalan dari halte ke rumah bersama balita yang berceloteh, "Mommy, I'm scared" sukses membuat emaknya ikutan takut.

Lho, kenapa gak pakai stroller? Di usia yang sedang aktif-aktifnya baby lebih senang eksplor dengan berjalan maupun berlari, memakai stroller malah menambah kerepotan bagi emaknya. Saya jadi tambah sibuk harus dorong stroller kosong plus sigap memperhatikan anak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline