Lihat ke Halaman Asli

Nurul Hidayah

Ibu dua anak, PhD Student at Monash University Australia

Lika-liku Kuliah di Australia

Diperbarui: 24 Agustus 2022   16:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kuliah di Sydney, Australia.(Thinkstock)

"Welcome picnic!" ucap seorang teman di PhD hub saat kami berkenalan. Ya, hari-hari pertama tiba penuh dengan euphoria biasanya. Namun setelah itu harus bersiap menerima pahitnya kenyataan. 

Kuliah di Australia tak selalu enak. Bila sesekali para pelajar mengunggah foto selfie di tempat-tempat wisata, sungguh itu hanyalah satu titik di balik beberapa kepahitan. 

Eits, saya membahas ini bukan untuk menakut-nakuti ya. Sekadar informasi agar siapa pun yang berniat kuliah di sini bersiap sekiranya menemukan hal-hal yang kurang mengenakan. Syukur-syukur bisa mengantisipasinya. 

Beberapa hal yang membuat saya mengelus dada dan menasehati diri "Sabar!" di antaranya:

1. Biaya Kuliah yang Tinggi

Pendidikan rupanya menjadi sektor bisnis yang cukup tinggi. Tak heran, biaya kuliahnya pun tinggi meski sepadan juga dengan sarana dan kualitas pendidikan yang berikan. 

Besaran uang kuliah tiap universitas, tiap jurusan, tiap jenjang berbeda-beda tentunya. 

Sebagai contoh untuk PhD in Education yang saya ambil di Monash University, biaya Pendidikan adalah sekitar 1,5 miliar rupiah untuk maksimal empat tahun pendidikan belum termasuk biaya asuransi. 

Sungguh angka yang tinggi menurut saya. Bagi saya yang seorang ASN, puluhan tahun menabung pun mungkin tak akan sampai. 

Tingginya biaya kuliah ini, tentu saja bukan alasan untuk berhenti berjuang masuk ke Universitas yang diimpikan. 

foto: pexel.com, Olya Kobruseva 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline