Di zaman modern ini, Global Positioning System (GPS) sangat membantu kita menemukan arah dan melacak lokasi kita.
Di sisi lain, teleskop membantu kita mengamati langit. Tapi bagaimana penemuan itu bisa terjadi seribu tahun yang lalu? Bagaimana para penemu menemukan cara mereka, bagaimana mereka mengukur jarak antar bintang, dan bagaimana mereka bisa menghitung ketinggian gunung? Sebagian jawabannya ialah Astrolab temuan Mariam Al Astrulabi.
Latar belakang Mariam Al-Ijliya
Mariam Al-Ijliya yang juga dikenal sebagai Mariam Al-Astrolabi adalah perempuan Muslim yang hidup pada abad ke-10 di Aleppo, Suriah, yang menjadi salah satu ilmuwan di bidang astronomi.
Mariam al-Ijriyya dikenal karena mengembangkan astrolab, instrumen astronomi klasik yang digunakan untuk memecahkan masalah waktu, posisi matahari, dan bintang. Mariam al-Ijiliya, juga dikenal sebagai Maryam al-Astrulabi, selamanya mengubah wajah astronomi sebagai pelopor astrolab.
Kemampuan Mariam Al-Ijliya dalam mengembangkan astrolab terinspirasi dari ayahnya, seorang insinyur pembuat astrolab bernama Al-Ijliyy. Ayah dari Mariam Al-Ijliya belajar dan bekerja membuat astrolab di bawah bimbingan ahli astrolab terkenal Muhammad bin Abdillah Bastulus. Mariam, seorang pembuat dan ilmuwan yang tinggal di Bagdad dan dikatakan telah menciptakan astrolab tertua yang masih ada di dunia, dianggap sebagai salah satu dari 200 astronom paling terkenal dalam sejarah.
Ayah Mariam Al-Ijliya kemudian ingin berbagi ilmu dan pengalamannya secara mendalam kepada putrinya yang tertarik dengan astrolab. Belakangan, wanita perkasa ini menciptakan Astrolabe versinya sendiri. Salah satu sumber yang menyebut nama Mariam adalah Al-Fihr karya Ibnu al-Nadim. Dalam bukunya, al-Nadim menulis: "Terungkap bahwa Al-Ijiliya, yang tidak disebutkan nama depannya oleh Ibn al-Nadim, adalah putri pembuat instrumen."
Ibn al-Nadim menyebut nama Mariam dalam "mesin"; tetapi hanya pada instrumen astronomi. Oleh karena itu, tidak diketahui apakah al-Ijliya hanya ahli di bidang itu saja ataukah ia juga bekerja di bidang lain. Sumber sejarah yang terbatas menunjukkan bahwa Mariam adalah satu-satunya wanita yang disebutkan sehubungan dengan pembuatan atau desain instrumen.
Menurut Prof. Saleem Al-Husaini Mariam, dikutip Arab Times, adalah wanita Muslim pertama yang memelopori transportasi dan komunikasi di dunia modern. Pekerjaan yang dilakukannya rumit dan melibatkan persamaan matematika, namun ia mampu menunjukkan kemampuannya di bidang tersebut. Sayangnya, nama Mariam terlupakan dalam sejarah. Informasi tentang Al-Ijliya dalam sejarah astronomi sangat sedikit, tidak jelas di mana dan kapan Mariam dilahirkan atau berapa usianya saat meninggal. Keluarga ayahnya mungkin berasal dari Nejd di Arab Saudi tengah. Namun tidak disebutkan apakah ia pernah menikah atau memiliki saudara kandung.
Apa itu Astrolab dan peran Mariam Al-Ijliya dalam astoronomi?
Astrolabe merupakan alat untuk mengukur ketinggian benda langit, dapat juga digunakan untuk pengamatan astronomi, pengukuran waktu dan navigasi. Inovasi Mariam pun menjadi landasan pengelolaan jalur transportasi dan komunikasi. Wanita Muslim juga terlibat dalam pelacakan posisi matahari, bulan, bintang dan planet, membantu menemukan kiblat dan memastikan waktu sholat dan tanggal Ramadhan. Astrolabe menjadi alat klasik untuk menemukan lokasi matahari dan planet-planet, mengetahui waktu, dan menavigasi berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Dalam masyarakat Islam, tujuan astrolabe adalah untuk mengetahui arah kiblat, menentukan waktu sholat, dan hari Ramadhan dan Idul Fitri. Kontribusi signifikan Mariam Al-Ijliya terhadap astronomi secara resmi diakui ketika Henry E Holt menemukan asteroid sabuk utama di Observatorium Palomar pada tahun 1990 dan menamakannya "7060 Al-Ijliya".