Lihat ke Halaman Asli

Nurul Aqsha Fajriyani

Mahasiswi Program Studi Pembangunan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman Angkatan 2021

Tragedi Stadion Kanjuruhan: Kronologi, Penyebab, dan Korban

Diperbarui: 7 Desember 2022   00:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Warga masyarakat berdoa bersama untuk para korban tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang. detik.com

“Sepakbola tidak sebanding dengan nyawa”. Mungkin kalimat inilah yang bisa menggambarkan dan mengungkapkan duka yang amat mendalam untuk seluruh supporter sepakbola yang menjadi korban kerusuhan dari tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.

Masih jelas teringat dinaluri kita semua, akan tragedi 1 Oktober lalu, yang mana merupakan tragedi yang sangat memilukan dan mengenaskan dipersepakbolaan Indonesia, bahkan dunia. Bagaimana tidak, kericuhan ini harus menanggalkan 135 nyawa, mulai dari anak kecil, hingga orang dewasa pun turut menjadi korban. Jumlah korban ini pun menjadi yang terbesar kedua dalam sejarah sepakbola dunia, setelah tragedi di Lima, Peru, pada tahun 1964, yang mana saat itu 328 lebih supporter meninggal dunia (detikSepakbola).

Tragedi ini bermula sesaat setelah peluit akhir dari wasit dibunyikan, penanda berakhirnya pertandingan antara Arema FC dengan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 3-2 untuk kemenangan tim Persebaya Surabaya. Hasil skor ini pun menimbulkan reaksi dari supporter Arema Fc, atau biasa disebut dengan Aremania. Menurut Kepala Divisi Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Andi Muhammad Rezaldy, dua Aremania yang pertama turun ke lapangan, hanya bertujuan memberikan dukungan moril kepada para pemain Arema FC dan tidak berniat melakukan tindak kekerasan dan penyerangan kepada pemain.

Dan disisi lain, reaksi dari aparat kepolisian menilai berbeda dari tindakan supporter tersebut, hingga pada akhirnya kepolisian bersikap represif dengan menindak para supporter yang turun dengan memaksa dan memukul mundur, hingga melakukan kekerasan. Hal inilah yang memancing para supporter lain ikut masuk ke dalam lapangan. Kericuhan ini pun memuncak saat kepolisian menembakkan gas air mata ke berbagai penjuru stadion, bahkan sampai ke tribun. Supporter lalu berlarian tunggang langgang mencari pertolongan dan berusaha keluar.

Namun naasnya lagi, supporter yang berusaha keluar terkendala pada pintu 3, 10, 11, 12, 13, dan 14 yang terbuka hanya kurang lebih 1,5 meter, ditambah para penjaga pintu yang saat itu tidak berada ditempat. Terjadilah penumpukan supporter di pintu-pintu keluar tersebut. Saling berdesak-desakan, saling ingin segera keluar. Dan akhirnya yang terjadi, banyak korban yang berjatuhan. Mengalami patah tulang, afiksia, trauma di kepala dan leher, dan banyak yang akhirnya kehilangan nyawa.

  • Kronologi Tragedi Stadion Kanjuruan Malang

Berikut kronologi tragedi di Stadion Kanjuruhan, mulai dari penetapan jadwal pertandingan hingga dihari pertandingan.

Kronologi 12 September, dimana Panpel Arema FC mengirimkan surat rekomendasi pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya/olah pribadi

Kronologi di hari pertandingan, 1 Oktober/olah pribadi

  • Analisis Pohon Konflik Serta Pihak Pihak yang Terlibat

Analisis pohon konflik tragedi Stadion Kanjuruhan/olah pribadi

Setelah kita analisis lebih dalam dengan menggunkan pohon konflik, kita dapat menemui bahwasanya batang ataupun inti dari konflik di Stadion Kanjuruhan ini ialah kerusuhan. Yang mana kerusuhan ini terjadi antara beberapa pihak yaitu aparat dan juga supporter aremania.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline