Gerakan "All Eyes on Rafah" merupakan sebuah kampanye media sosial yang mendapat perhatian luas setelah serangan Israel ke Rafah, Jalur Gaza, pada Februari 2024.
Serangan ini menyebabkan banyak korban jiwa, termasuk anak-anak, dan puluhan lainnya luka-luka. Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan solidaritas global terhadap korban serangan tersebut serta mendukung warga Palestina di Rafah yang terkena dampak.
Slogan "All Eyes on Rafah" pertama kali diperkenalkan oleh Rick Peeperkorn, direktur Kantor Wilayah Pendudukan Palestina di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada Februari 2024.
Slogan ini, yang berarti "Semua Mata Tertuju pada Rafah," dimaksudkan sebagai seruan internasional untuk menghentikan kekerasan dan memastikan akses bantuan kemanusiaan ke Rafah.
Kampanye ini juga bertujuan untuk mengkritik keras tindakan rezim zionis Israel yang melakukan kekejaman terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.
Kampanye ini mendapat momentum besar terutama di Eropa Barat, Australia, dan India, yang sebelumnya dikenal mendukung Israel. Dukungan juga datang dari berbagai aktivis dan kelompok kemanusiaan yang mengecam kekejaman tersebut.
Gerakan ini melibatkan berbagai aksi solidaritas, termasuk unggahan gambar dan tulisan di media sosial dengan hashtag #AllEyesOnRafah.
Banyak orang menggunakan platform media sosial X dan Instagram menunjukkan simpati dan perhatian mereka terhadap korban serangan Israel di Rafah.
Slogan "All Eyes on Rafah" menyebar luas di media sosial setelah serangan Israel ke Rafah pada 26 Mei 2024, yang menyebabkan banyak korban, sebagai berikut:
1. Serangan 26 Mei 2024: Serangan Israel ke zona aman di Rafah pada 26 Mei 2024 membunuh 40 orang Palestina, dengan sebagian korban terbakar hidup-hidup. Korban termasuk anak-anak dan perempuan. Serangan ini dilakukan dengan menggunakan bom 907kg dan menyebabkan kebakaran yang mematikan.
2. Serangan 27 Mei 2024: Serangan Israel ke kamp pengungsian di Rafah pada 27 Mei 2024 membunuh 45 orang Palestina, termasuk anak-anak, perempuan, dan orang lanjut usia. Serangan ini juga menyebabkan kebakaran yang mematikan dan mengisolasi pusat medis Tel al-Sultan serta Rumah Sakit Lapangan Indonesia.