Lihat ke Halaman Asli

Kehangatan di Tengah Hujan

Diperbarui: 27 November 2024   11:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hujan deras mengguyur desa sejak pagi. Rintik-rintik air menghantam atap rumah tua itu, membuat suasana semakin dingin. Di dalamnya, seorang wanita bernama Ibu Tria sedang menjahit dengan teliti. Tangan-tangannya yang kasar dan berkeriput sibuk menusukkan jarum ke kain merah yang akan dijadikan seragam sekolah untuk putrinya, Risma.  

Ibu Tria hanya seorang penjahit kecil yang hidupnya bergantung pada pesanan. Meski hidup sederhana, ia selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk putri nya. Di sisi lain, Risma adalah gadis kecil berusia 8 tahun yang ceria dan penuh semangat. Namun, hari itu, wajah Tria tampak murung. Ia duduk di sudut rumah, memandangi rintik hujan dari balik jendela dengan wajah yang ditekuk.

"Ibu," panggil Risma dengan suara kecil.  

Ibu Tria menghentikan pekerjaannya sejenak. "Ada apa, Nak?" tanyanya lembut.  

"Sebentar lagi Risma ada lomba disekolah. Tapi sepatu Risma sudah bolong, Bu. Nanti teman-teman pasti menertawakan Risma..." Suaranya mulai bergetar, dan mata kecilnya berkaca-kaca.  

Ibu Tria terdiam. Ia tahu benar sepatu Risma sudah usang. Tapi, untuk membeli yang baru? Uang hasil menjahit minggu ini hanya cukup untuk kebutuhan pokok.  

"Risma sayang," ucap Ibu Tria, mendekati putri kecilnya. Ia berjongkok dan memegang bahu kecil itu. "Ibu akan cari cara. Jadi kamu jangan khawatir, ya?"  

Meskipun ragu Risma tetap menganggukkan kepalanya.

Malam itu, setelah Risma tertidur, Ibu Tria merenung di ruang tamu rumahnya. Ia tahu, Risma selalu bersemangat mengikuti lomba di sekolahnya. Namun, bagaimana caranya mendapatkan sepatu baru?  

Setelah lama memikirkan nya, ia memutuskan untuk menjual cincin emas, satu-satunya peninggalan sang suami yang sudah lama meninggal. Cincin itu disimpan bertahun-tahun, tapi bagi Ibu Tria, kebahagiaan Risma jauh lebih berharga.  

Pagi-pagi sekali, sebelum Risma bangun dari tidurnya, Ibu Tria bergegas pergi ke pasar untuk menjual cincinnya. Meski hatinya berat, ia tidak menunjukkan kesedihannya. Dengan uang hasil menjual cincin, ia langsung membeli sepasang sepatu yang cocok untuk Risma.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline