Lihat ke Halaman Asli

nurul afifah soe

Perpetual Learning

Kenapa Putus Cinta Begitu Menyakitkan?

Diperbarui: 6 Juli 2024   17:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Input sumbhttps://www.theconfusedmillennial.com

Kenapa putus cinta begitu menyakitkan?

Berdasarkan riset yang saya dapat dari  Pakar kesehatan yang biasa menulis artikel medis di Dr. Fox Online Pharmacy, Inggris, Dr Deborah Lee mengatakan bahwa PUTUS cinta atau patah hati dapat memicu luapan emosi negatif yang juga dapat terasa menyakitkan secara fisik. 

Emosi negatif ini dipengaruhi oleh peningkatan hormon stres kortisol, adrenalin dan noradrenalin, serta penurunan hormon bahagia serotonin dan oksitosin dalam tubuh.

"Ketika putus cinta, kadar oksitosin dan dopamin turun, sementara pada saat yang sama ada peningkatan kadar salah satu hormon yang bertanggung jawab atas stres yaitu kortisol.
Tingkat kortisol yang meningkat ini dapat berkontribusi pada kondisi seperti tekanan darah tinggi, penambahan berat badan, jerawat, dan peningkatan kecemasan.

Saya juga menemukan riset menurut sebuah studi tahun 2020 dalam jurnal Biological Sciences. Penolakan sosial, seperti putus dengan pasangan, juga mengaktifkan area otak yang berhubungan dengan rasa sakit fisik.

Psikolog klinis Eric Ryden menuturkan efek neurobiologis patah hati bisa sedemikian rupa sehingga disamakan dengan rasa sakit fisik sebagaimana dibuktikan gejala fisik seperti nyeri dada dan serangan panik, dan merasa terpukul.

Menurut Psikolog klinis Eric Ryden "Patah hati dapat melibatkan beberapa mekanisme saraf yang sama dengan rasa sakit fisik".

Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Positive Psychology, 71 persen orang dewasa muda membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk mengatasi patah hati.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline