Lihat ke Halaman Asli

Apa Ruginya Sih Mempermudah Jamkesmas Bagi Si Lumpuh?

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1328150322706077610

[caption id="attachment_167830" align="aligncenter" width="643" caption="Kondisi Sigit"][/caption] Tulisan ini adalah tulisan kedua saya. Saya sangat berharap ada pembaca atau pejabat yang tergerak, sehingga bisa membantu kami. http://birokrasi.kompasiana.com/2012/02/03/sudah-lumpuh-masih-dipersulit-birokrasi-jamkesmas/ Kami sudah berupaya untuk mendapatkan kesehatan dan biaya berobat, namun usaha kami selama ini masih belum membuahkan hasil. Sebut saja Sigit, yang sudah lumpuh selama 2,5 tahun lebih dan sangat membutuhkan perawatan di RS. Selama ini, saya sebagai temen dan sekaligus saudaranya hanya bisa membantu sekedarnya. Saya ingin melihat saudara saya bisa kembali pulih. Sigit yang dalam keadaan lumpuh, yang bahkan untuk duduk saja kesulitan pun tidak menyerah. Semangat untuk sembuhpun masih sangat besar, itu dibuktikan ketika dia menerima pesanan software dari seseorang yang akhirnya dalam beberapa bulan bisa jadi. Dengan susah payah dan mengetik script-script sambil tiduran, namun dia tetap semangat demi mendapatkan uang untuk berobat. Dari uang tersebut dan dari bantuan temen temennya juga LAZIS Kebumen, dia memberanikan diri untuk berobat ke RS Ortopedi Solo pada tanggal 3 Januari 2012. Setelah dicheck up, kami harus menunggu beberapa saat untuk berkonsultasi dengan Prof.Dr.dr. Respati Suryanto D, SpOT. Kami baru bisa bertemu dengan beliau sekitar pukul 16.00 WIB. Berdasarkan hasil ronsen Beliau menyarankan untuk operasi dan harus di pasang pen. Tetapi ternyata hal itu membutuhkan biaya yang lumayan besar, akhirnya kami memutuskan untuk kembali karena uang yang kami bawa jauh dari cukup. Saat itu, ada dokter yang menyarankan untuk mengurus Jamkesmas, kami lupa tidak menanyakan siapa nama dokter tersebut, kami hanya mengetahui bahwa dokter tesebut adalah dokter rehabilitasi medik. Beliau menyarankan kalau nanti dipersulit mendapatkan Jamkesmas pasien dibawa ke Dinkes agar petugasnya melihat sendiri kondisi pasien. Itulah sebabnya kami pada tanggal 19 Januari 2012 langsung membawa Sigit ke Dinkes langsung dengan harapan bisa mendapatkan Jamkesmas. Setelah sampai di Dinkes, kami bertemu dengan Pak Afudin dan Pak Supardi. Seperti yang saya ceritakan pada tulisan saya yang pertama, keduanya menolak dan meminta nomor HP Prof.Dr.dr. Respati Suryanto D, SpOT dengan alasan mau menanyakan kondisi Sigit. Padahal saat itu kedua petugas tersebut juga sudah melihat kondisi pasien dan surat keterangan/diagnosa dari RS Kebumen. Saya jadi mempertanyakan, apakah surat yang di buatkan oleh dokter spesialis syaraf kebumen masih kurang?, Dan apakah kedua petugas tersebut meragukan diagnosa dari dokter spesialis syaraf RSU di wilayahnya sehingga mereka harus meminta no HP Prof.Dr.dr. Respati Suryanto D, SpOT hanya untuk sekedar memastikan kebenaran diagnosa dari dokter Syaraf kebumen?. Saya benar benar tidak mengerti padahal waktu itu, kami juga membawa hasil MRI dan hasil ronsen pasien. Dokter syaraf kebumen (dr. Tri Hastuti Sp.S) yang memeriksa Sigit pun malah mempertanyakan, “Kenapa tidak dari dulu diobati?, kalau sudah begini terkena atropi segala, bisa susah pulihnya dan kalau tidak punya biaya berobat kenapa tidak mengurus Jamkesmas dari dulu?”. Kami memang hanya diem saja dan tidak membantah apa yang beliau katakan, namun perlu diketahui juga, kami mengurus jamkesmas sudah 3x namun gagal. Kami harus berharap dan minta tolong  ke siapa lagi, jika institusi negara (Dinkes) yang kami harapkan bisa membantu kami ternyata berkali kali menolak kami?. Kami benar-benar berharap dan sangat berharap ada pejabat yang membaca tulisan ini dan meresponnya, sehingga Sigit bisa mendapatkan perawatan. Untuk temen-temen kompasianer, saya mohon dengan sangat bantulah kami setidak-tidaknya membantu menyebarkan tulisan ini, mudah-mudahan ada pejabat yang membaca tulisan saya ini dan segera meresponnya. Kami sangat berterimakasih kepada kompasioner yang bersedia membantu kami, kami hanya bisa mendoakan semoga Allah swt membalas kebaikan temen-temen kompasiner dengan balasan yang lebih baik dan semoga selalu dijaga kesehatannya dan tetap dalam lindungan Allah swt. Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline