Lihat ke Halaman Asli

Nurul Jubaedah

Teacher, writer, traveler, vloger

(1) Mental Bola di Masa Pandemi

Diperbarui: 1 Mei 2022   03:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mental Bola di Masa Pandemi


Indonesia mengalami sebuah bencana multidimensional sejak fenomena Corona Virus Disease (Covid-19) terjadi di berbagai negara. Pandemi ini bukan hanya berdampak pada sektor-sektor utama seperti kesehatan dan perekonomian tetapi juga dalam interaksi sosal kehidupan masyarakat yang menuntut adanya proses adaptasi pada upaya pencegahan penularan virus seperti social distancing atau physical distancing. Selain mengacu pada protokol kesehatan, namun hal itu tidak lah cukup, dibutuhkan adaptasi dalam merespon perubahan yang besar ini agar mampu menghadapi permasalahan kesehatan fisik danmental di masyarakat.

Kondisi pandemi Corona Virus Disease Covid-19 menyebabkan sebagian orang merasa cemas atau takut yang berlebihan dan berpikir yang tidak masuk akal. Tidak jarang mereka memiliki kecurigaan dan prasangka pada orang yang memiliki tanda-tanda penderita Covid-19. Keadaan demikian membuat seseorang mengalami sulit tidur, sakit kepala, dan gangguan fisik lainnya. Inilah yang disebut kondisi stress. Salah satu cara yang dapat menghilangkan kecemasan atau stress yang dialami masyarakat dalam praktik pekerjaan sosial dengan inidividu yaitu dengan memiliki mental bola.

Mental bola adalah mental kuat yang dimiliki oleh seseorang sehingga ia bisa dan mampu mengelola emosi positif dan negatif menjadi seimbang. Emosi positif yang ia miliki merupakan kemampuan menguasai diri dari berbagai macam perasaan, mood, atausituasi jiwa yang beragam termasuk kecemasan, rasa sedih, marah, dan rasa takutia ubah menjadi rasa percaya diri, tenang, bahagia, dan perasaan menyenangkan lainnya sehingga ia sendiri seolah hidup di tengah suasana yang kondusif. Cara pandangnya selalu melihat sesuatu yang baik, bermanfaat, dan bisa memberikanhal menyenangkan bagi diri dan lingkungan di mana ia berada.

Ciri-ciri sekaligus tips agar menjadi orang yang memiliki mental bola adalah sebagai berikut :

1. Memiliki Prinsip

Prinsip merupakan hal utama yang harus kita siapkan di setiap langkah. Prinsip memandu program, agenda, rencana,visi, misi kita agar di masa yang akan datang beberapa target yang sudah kitasiapkan bisa tercapai. Melalui prinsip kita akan mengisi hidup menjadi lebih bermakna, terarah, terkendali, dan terorganisir dengan sistematis. Salah satu contohnya adalah prinsip hidup bahagia dunia dan akhirat, prinsip sukses dan mulia, prinsip sederhana namun mencubit, prinsip dua sasaran satu tembakan, nah seperti itulah kira-kira sehingga fikiran kita akan disibukkan dengan berbagai macam kebaikan yang bermanfaat.

2. Memiliki Program Berlapis

Manusia berencana, Tuhan yang menentukan. Begitulah pepatah yang sudah mendarah daging secara turun temurun yang akan terus kita pegang. Program berlapis berarti kita memiliki lebih darisatu atau dua rencana untuk sesuatu yang akan kita capai baik dalam jangka waktu yang singkat (short time planning), rencana jangka menengah (medium time planning), atau rencana jangka panjang (long time planning). Apa manfaat dari program berlapis? Jika plan A tidak tercapai maka kita masih memiliki plan B,plan C, atau plan D dan seterusnya sehingga tidak ada kamus putus asa ataugagal. Manfaat banyak planning membuat hidup kita lebih terarah, efektif, danefisien.

3. Menjaga Pola Hidup

Selama pandemi berlangsung maupun tidak, orang yang peduli terhadap dirinya maka ia akan menjaga apa yang ia miliki termasuh kesehatan jiwa dan raganya. Pola hidup bisa diatur melalu makanan, olah raga, menyalurkan hobby, menikmati me time, healing di tempat aman dan nyaman, intinya adalah supaya hati dan fikiran terbebas dari penyakit lahir maupun batin. Mengapa meskipun saya sudah menjaga pola hidup apalagi vaksin sudah lengkap tetapi tetap saja saya sakit? Ini contoh kalimat yang kadang-kadang juga muncul di benak saya. Lantas bagaimana menjawabnya? Jawabannya simpel saja. Manusia memiliki kewajiban ikhtiar semaksimal mungkin, sisanya mari kita lapang dada dengan menerima apa yang kita terima, bersahabat dengan kenyataan hidup itu jauh lebih baik daripada melawan arus atau narasi kehidupan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline